Gambaran masa kecil periode ini tidaklah begitu terekam jelas namun untunglah sudah ada teknologi fotografi yang merekam masa lalu. Periode tahun-tahun di atas adalah periode lahir sampai usia 6 tahun. Saat itu papa dan mama saya membawa kami pindah kontrakan sampai 3 kali: pertama di Gg. 2 Koja, Jln. Enim, dan Jl. Warakas (dulu disebut gang 1 luar). Ketiga tempat tersebut ada di Tg. Priok - Jakarta Utara. Berpindah-pindah kelihatannya sudah merupakan budaya keluarga kami.
Masa kecil kami di periode itu adalah masa paling enak. Masa dimana kami benar-benar begitu diperhatikan oleh orangtua. Hampir permainan yang ada di toko papa kami berusaha (walau sebenarnya agak memaksa dirinya) membelikan buat kami. Di sisi lain ada Oom Abe yang bolak-balik luar negeri karena berlayar yang bisa bawakan kami mainan, coklat, dan sepatu.
Di sekitar tahun 1974-an, Papa mulai ganti motor ke Suzuki warna kuning. Jarang sekali saya lihat Suzuki kuning di zaman itu. Ketika itu kami sudah tinggal di Gg. 1 Luar. Di depan rumah kami ada kali selebar 5 m yang terhubung dengan jembatan kayu. Kadang-kadang kami main di depan rumah sambil duduk mancing yang umpannya genteng pecah. Adik kami yang ketiga sudah lahir yaitu Ina dan itu pertama kali dan satu-satunya punya adik perempuan. Ina di masa kecil suka sekali makan tanah, tetapi setelah besar gak lagi. Di sebelah rumah kami ada pohon tebu yang manis dan tidak jarang jari-jari kami sering gatal terkena buluh batang tebu.
Mama kami adalah orang yang sabar tapi cerewet. Tidak jarang komando untuk pulang ke rumah selalu ia teriakan ketika kami asyik bermain. Teriakannya selalu membuat kami kesal karena itu berarti kami harus meninggalkan teman-teman. Pengalaman saya terantuk tawon merupakan pengalaman yang tidak enak. Sudah bengkak jempol ini dimarahi pula oleh mama tanpa henti. Belum lagi berkelahi dan menusuk telinga salah seorang teman dengan kikir membuat saya kena hukum tak kenal ampun. Tetapi mama selalu menampilkan kami berdua, saya dengan Johnny, berpakaian seragam bila ke gereja. Kami selalu ke gereja dengan mama, papa jarang ke gereja.
Papa saya bernama Paul Samuel Zacharias dan mama saya Salomi Balukh. Keduanya berasal dari Bebalain -Loleh, Pulau Rote, NTT. Menurut kisah bahwa mereka meninggalkan Rote waktu mereka masih remaja di tahun 1958. Anak mereka 5 orang yakni: Daniel Petrus Zacharias (sekarang Pendeta jemaat di GKO Bintaro Tangerang), Johannes Alexander Zacharias (sekarang Teknisi Radio Sonora Jakarta), Geraldina Adriana Zacharias (sekarang Pendeta jemaat di GKO Sarijadi Bandung), Immanuel Adolf Zacharias (sekarang IT di Honda Wahana), dan Salmon Alexander Zacharias (sekarang Teknisi Radio Sonora Surabaya).
Masa kecil kami di periode itu adalah masa paling enak. Masa dimana kami benar-benar begitu diperhatikan oleh orangtua. Hampir permainan yang ada di toko papa kami berusaha (walau sebenarnya agak memaksa dirinya) membelikan buat kami. Di sisi lain ada Oom Abe yang bolak-balik luar negeri karena berlayar yang bisa bawakan kami mainan, coklat, dan sepatu.
Karena rumah kami adalah rumah kontrakan, jadi ruang bermain kami tidaklah lebar, dan teman kami adalah teman-teman seputar kontrakan yang ada. Di Gang 2 Koja kami tidak punya ingatan tentang masa kecil kami di sana karena kami masih sekitar 0-2 tahun, tetapi di jalan Enim saya ingat betul. Papa punya motor Jawa yang besar warna merah dan suaranya berderum-derum. Saya berdua dengan adik saya Johnny memiliki sepeda roda tiga yang juga berwarna merah dan itu sepeda pertamaku. Saya selalu duduk di depan dan Johnny selalu duduk di boncengan. Papa punya plat hitam yang memperdengarkan lagu-lagu tempo doeloe yang melekat keras di otak kami. Sedangkan kami punya radio kecil bulat yang sudah sejak dulu mendengar Radio Sonora. Tempat yang paling kami incar adalah belakang rumah di seberang rumah kami karena di sana ada kali dan ada perahu yang bisa menyeberangkan kami. Dulu kami memiliki fotonya entah sekarang ada dimana.
Omong-omong soal foto, papa saya itu hobby banget soal itu. Kemana saja kalau ada acara maka beliaulah yang jadi juru foto. Tidak heran sejak kami lahir dan tumbuh remaja selalu ada foto dari tahun ke tahun. Foto pertama saya adalah ketika saya berusia 1 tahun di sekitar tahun 1971 dan foto itu sudah foto berwarna.
Di sekitar tahun 1974-an, Papa mulai ganti motor ke Suzuki warna kuning. Jarang sekali saya lihat Suzuki kuning di zaman itu. Ketika itu kami sudah tinggal di Gg. 1 Luar. Di depan rumah kami ada kali selebar 5 m yang terhubung dengan jembatan kayu. Kadang-kadang kami main di depan rumah sambil duduk mancing yang umpannya genteng pecah. Adik kami yang ketiga sudah lahir yaitu Ina dan itu pertama kali dan satu-satunya punya adik perempuan. Ina di masa kecil suka sekali makan tanah, tetapi setelah besar gak lagi. Di sebelah rumah kami ada pohon tebu yang manis dan tidak jarang jari-jari kami sering gatal terkena buluh batang tebu.
Di depan rumah kami ada sebuah Gereja Tua dan juga ada sekolah Budi Utomo yang kelak saya bersekolah di situ sampai kelas 3 SD. Pemilik sekolah itu adalah Pdt. Pandie dan anehnya gereja di depan itu namanya GEREJA MASEHI INJILI di TIMOR. Gereja itu akhirnya tutup setelah Pdt. Pandie meninggal dan setelah banyak keributan di dalam gereja. Di depan gereja itulah saya pernah lihat adik saya Johnny tercebur di air dan sempat lihat dia tenggelam karena airnya bening dan untung banyak orang yang menolongnya sehingga ia selamat. Sedangkan di sebelah kanan rumah kami ada Kel. Paulus Manana dari Flores yang anak-anaknya adalah teman main kami, entah mereka semua sudah ada dimana? Ada keluarga Sunda, kami memanggilnya bu Ato, yang sangat baik terhadap kami yang sekarang rumah mereka masih di situ tetapi saya sudah lama tidak menjumpai keluarga tersebut.
Mama kami adalah orang yang sabar tapi cerewet. Tidak jarang komando untuk pulang ke rumah selalu ia teriakan ketika kami asyik bermain. Teriakannya selalu membuat kami kesal karena itu berarti kami harus meninggalkan teman-teman. Pengalaman saya terantuk tawon merupakan pengalaman yang tidak enak. Sudah bengkak jempol ini dimarahi pula oleh mama tanpa henti. Belum lagi berkelahi dan menusuk telinga salah seorang teman dengan kikir membuat saya kena hukum tak kenal ampun. Tetapi mama selalu menampilkan kami berdua, saya dengan Johnny, berpakaian seragam bila ke gereja. Kami selalu ke gereja dengan mama, papa jarang ke gereja.
Di belakang rumah kami tinggalah Kel. Oom Abe dan tante Tien de Fretes (tante Tien adik papa saya). Mereka termasuk keluarga berada yang kesemua anak-anaknya bersekolah di Strada, sekolah yang bagus di zaman itu, dan sayang orangtua saya tidak sanggup menyekolahkan saya di tempat itu. Anak-anak tante Tien yang adalah sepupu-sepupi saya adalah teman yang paling enak diajak bermain, bahkan kami masih akrab sampai saat ini sekalipun kami berjauhan. Saya sebut mereka: Adri, Herry, Nona, dan Mama. Kesemuanya, kecuali Adri, sudah menikah dan memiliki anak. Di rumah mami Tien (biasa kami memanggilnya) lagu-lagu Skeeter Davis dan yang sebangsanya selalu dipasang tiap pagi. Tidak jauh dari kami tinggal ada keluarga Jonas Zacharias yang kontrak di seberang rumah agak ke kiri sekitar 50 m dari rumah kami. Mereka tinggal di bawah tiang listrik besar. Waktu itu anak pertama dan kedua mereka lahir di situ yakni Diana dan Gabriel Zacharias.
Tempat bermain yang paling enak adalah di rumah Opa Amu Zacharias (kami menyebutnya opa kompleks) dan di Nenek Mia (di Gg. 101). Tempat itu adalah tempat liburan sekolah. Bergantian tiap tahunnya. Jarak satu dengan lainnya cuma terpaut beberapa ratus meter saja. Sebutlah di rumah Opa Kompleks ada Abe, Vecky, dan Mimi. Sedangkan di Gg. 101 ada Oom Denny dan Sem. Opa waktu itu masih kerja di Samudra Indonesia sehingga setiap pagi taxi Blue Bird sudah nongkrong di depan rumah.
Kami juga sering nginap di Nenek Rawabadak (Nenek Lisa Sereh yang tinggal di wilayah Rawabadak) di sana ada Too Tutu dan Ferry. Juga salah satu tempat favorit di rumah Yos Sereh yang berjarak cuma 10-20 m dari situ. Jika nginap di Rawabadak yang selalu dipasang adalah lagu Koes Plus dan The Mercys.
Satu malam rumah kami hampir kemalingan, rumah kami bagian teralisnya sudah dilinggis, dan papa biasanya menyimpan kaleng obat nyamuk bekas di taruh di atas jendela berderet, dan semua kaleng itu sudah dibuang di kali depan rumah kami. Rupanya mereka sudah mengincar TV Sharp Merah Black-White kami. Hampir setiap malam rumah kami penuh dengan orang yang mau nonton TV. Waktu itu masih pakai petromaks dan TV harus nonton dengan Accu. Jadi kalau Accu habis berarti kami tidak nonton TV selama 3 hari. Tetapi untunglah ada seorang kepala keamanan yang namanya Pak Abbas memergoki kawanan maling itu sehingga mereka lari tunggang-langgang.
Papa punya soundsystem dan loudspeaker yang bagus saat itu walau merknya tidak terkenal, Primo, tetapi barang itu cukup lama bersama-sama keluarga kami.
Nyaris kehidupan 0-6 tahun tidak beranjak dari Tanjung Priok. Tidak seperti anak saya sekarang, Ezra dan Adventia ,yang belum usia 2 tahun saja sudah terbang ke Ambon dan hampir tiap bulan ke Bandung. Masa kecil saya tidak pernah kemana-mana dan yang paling dinantikan adalah bila ke Jakarta Fair di Monas naik motor dengan papa lewat Ancol sore-sore. Biasanya selalu ada Es Diamond untuk itu.
Sayang ingatan itu tidak banyak, jadi belum banyak yang bisa diceritakan, mudah-mudahan lain kali kalau ada yang teringat maka bahan ini akan diedit seperlunya.
Daniel Zacharias
1 komentar:
Dear Mister Zacharias;
Tried to send you an e-mail,but your e-mail box already full.Sorry for the disturbance.I am researcher concerning the principalities of Indonesia;espacially interested in Rote.
I have list of the Raja2/Manek2 of Lole,from begin existence until present time.From one time nearly compplete.Can send you that list later.Simple list I can send via e-mail.If you are interested;please;send me your adress/e-mail.I am interested in the history of Lole as a principality/kerajaan.Everything is interesting for me.
Thank you very much.
Hormat saya:
D.P. Tick(gelar Raja Muda Kuno)
Anggota Kerabat Istana Kupang(Sonaf KotaE Bakunase))
secretary Pusat Dokuemnatsi Kerajaan2 di Indonesia "Pusaka"
van Bleiswijkstr. 52C
3135 AM Vlaardingen(0)(ZH)
Nederland
0031-(0)10-4603516
pusaka.tick@tiscali.nl
http://kerajaan-indonesia.blogspot.com
www.royaltimor.com
Posting Komentar