Kekecewaan juga melanda kita ketika kita berpikir bahwa orang yang kita kasihi pun mengasihi kita ternyata adalah orang yang diam-diam menjelekkan kita atau dengan terang-terangan mengkhianati kita. Atau kita kecewa karena usul kita ditolak oleh panitia hari besar di gereja. Kita kesal dan jengkel karena usul yang sudah kita pikirkan baik-baik ternyata ditolak begitu saja tanpa diolah dulu. Kita juga kecewa karena orang yang kita harapkan datang di hari yang istimewa ternyata dia malah mengurusi hal lain yang menurutnya itu jauh lebih penting. Padahal diam-diam kita mengharapkan kedatangannya, sangat!
Ada juga yang kecewa karena produk yang dilihatnya di iklan ternyata dalam kenyataannya sangat merugikan. Dan yang tambah mengecewakan lagi ternyata pemasang iklan tidak bertanggung jawab untuk produk yangdipasangnya.
Sementara di beberapa tempat ada yang kecewa kepada Tuhan karena Ia tidak mengabulkan doanya seperti yang ia harapkan. Ada yang kecewa karena 25 tahun melayani hidupnya biasa-biasa saja sehingga ia harus 'melacurkan' prinsipnya untuk menjadi orang lain demi kata sukses yang diimpikannya.
Kalau ada yang kecewa seperti hal-hal di atas saya ingin mengatakan bahwa itu hal yang wajar namun jangan dibiarkan. Analoginya, jika jari anda teriris benda tajam maka ia akan berdarah. Itu hal yang wajar tetapi jangan dibiarkan. Kekecewaan adalah hal wajar namun jangan dibiarkan. Kekecewaan yang tertahan akan menimbulkan kefrustasian yang berkepanjangan atau malah menjadi semacam phobia atau semacam trauma.
Saya mengajukan dua saran:
1. Kekecewaan anda mesti ditumpahkan kepada Allah di dalam doa, sekalipun menurut anda, anda sedang tidak merasa enak atau nyaman dengan Dia.
2. Kekecewaan harus ditumpahkan kepada orang lain tetapi kepada orang yang tepat. Jangan sembarangan menceritakan kekecewaan kepada orang lain, mungkin orang itu tidak tepat, sebab bisa-bisa malah menambah kekecewaan kita menjadi semakin besar.
Salam
Daniel Zacharias
Tidak ada komentar:
Posting Komentar