02 Oktober 2007

Inkonsistensi

Seorang guru seperti Yesus memiliki satu kelebihan yakni berpikir dan bersikap konsisten. Ketika Ia menghadapi cobaan dari para rohaniawan di zaman-Nya perihal kasus wanita yang tertangkap berzinah, Yesus mencoba mempertentangkan antara apa yang disebut dengan sikap konsisten dan tidak konsisten alias konsistensi dan inkonsistensi. Hal itu jelas terlihat ketika orang yang membawa dan mendakwa wanita itu ditantang dengan pernyataan: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Rupanya logika mempertentangkan antara konsistensi vs. inkosistensi terbaca oleh lawan bicaranya. Tak heran batu yang sudah dipersiapkan untuk hukum rajam batal dipergunakan sebagaimana digambarkan Mel Gibson dalam "The Passion of the Christ" sebagai batu-batu yang terlepas dari tangan dan menghujam tanah.

Mengapa saya sebut konsistensi vs. inkosistensi? Jelas, bahwa ketika batu-batu itu berjatuhan ke tanah, dan wanita pezinah itu bebas dari hukum raja, menunjukkan bahwa ternyata mereka tahu bahwa mereka yang siap menghukum dalam kategori berzinah ternyata adalah mereka yang siap dihukum dalam kategori dosa lainnya. "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa" adalah kalimat yang meminta pendengarnya melalukan otokritik untuk melakukan konsistensi. Artinya kalau seseorang konsisten melawan dosa makan ia harus melawan dosa di segi manapun. Jadi jangan ia melawan dosa korupsi tetapi diam-diam ia mempraktekan dosa perselingkuhan. Diam-diam menentang perjudian tetapi diam-diam masih mempercayai hal-hal yang berbau klenik sebagai penjaga kehidupan rumah tangganya.Yesus tidak bermaksud melemahkan sebuah hukum--karena tidak seorang pun manusia yang tidak berdosa--tetapi maksud-Nya disini adalah agar mereka yang menjalankan kebenaran jangan diam-diam melakukan kejahatan. Jangan sampai kehidupan mereka mempraktekan kebenaran dan kejahatan bersama-sama. Maksud Yesus adalah jangan ada orang yang berteriak "maling teriak maling", atau seseorang bermaksud mencuci tangan kita agar bersih tetapi tangannya sendiri berlumuran oli bekas.

Problem di dalam negara kita sekarang adalah pandai melempar kritik, menyalahkan orang, menuduh orang, sambil menganggap diri benar dan sempurna. Seringkali pendemo yang turun ke jalan berteriak tegakan keadilan tetapi saat yang sama ia seolah punya alasan yang 'benar' untuk memancing emosi polisi dan melawan otoritas. Mereka meneriakan ketidakadilan tetapi disisi lain mereka melukai hati orang lain. Ketika ada anggota polisi yang mulai bertindak tegas maka mata masyarakat menjadi tidak jeli karena yang kemudian menjadi tumpuan caci maki adalah anggota keamanan. Stasiun televisi seolah mendapat sebuah liputan khusus dan turut memaki polisi. Padahal kalau kita semua turun ke jalan kita semua pasti tahu dan jangan pura-pura jadi bodoh! Ketika perbuatan anarki demonstran sebagai aksi dibalas dengan reaksi oleh polisi maka kita dengan naifnya menyalahkan mereka yang membuat reaksi bukan pembuat aksi yang memalukan. Kita lalu membuat alasan karena polisi punya kode etik dan orang yang berdemonstran seolah "tidak punya" atau "dibuang agar benar-benar tidak punya" kode etik dan bisa bertindak semaunya.

Saya prihatin pada semua hal di negara ini. Ketika para penegak hukum meringkus A dan B. Ternyata dalam kenyataan selanjutnya para anggota penegak hukum sendiri teringkus dan tersandung persoalan yang sama. Sekali lagi inkosistensi terjadi di sekitar kita.Mengapa kita tidak belajar untuk konsisten yang meliputi:
1. Konsisten bertindak benar bukan hanya di depan orang tetapi juga tatkala tak ada orang.
2. Konsisten bertindak benar ketika yang dihadapi dan dibela bukan karena seiman, segolongan, sesuku, dan sebangsa saja.
3. Konsisten bertindak benar ketika kita bukan hanya merasa benar di sektor kehidupan tertentu lalu bisa seenaknya berbuat semaunya di sektor kehidupan pribadi kita lainnya.
4. Konsisten bertindak benar dan tidak bergantung pada perasaan dan situasionil.

Saya mulai belajar konsisten mulai dari diri saya sendiri. Saya ingin HIDUP BAIK, kemudian HIDUP LEBIH BAIK, dan akhirnya MENJADI YANG TERBAIK. Kiranya Tuhan menyertai saya.

Daniel Zacharias

Tidak ada komentar: