Suatu Kajian Teologis Historis Kritis
Mempersoalkan kelahiran Yesus pada pembahasan kali ini sama sekali tidak terletak pada persoalan apakah benar Yesus dilahirkan, karena pertanyaan tersebut hanya akan bertemu dengan bertubi-tubi jawaban mulai dari PL maupun PB sendiri yang sulit untuk dibantah kebenarannya. Namun sekarang yang menjadi fokus perhatian kita adalah: kapan tepatnya Yesus dilahirkan dalam daging (incarno) di dunia ini? Pertanyaan tersebut memiliki keterkaitan upaya menjawab isu-isu yang sementara berkembang di tengah-tengah pergumulan GEREJA KRISTEN OIKOUMENE di Indonesia (GKO) dewasa ini. Isu yang sementara berkembang pada prinsipnya tidak dapat dikatakan sebagai fenomena buruk tetapi hal itu merupakan suatu proses normal yang dialami GKO dalam membingkai pemahaman teologisnya, khususnya terhadap perayaan Natal yang masih dipertanyakan keabsahan teologisnya bila dilaksanakan sebelum 25 Desember. Upaya membuat konklusi teologis memang harus didahului dengan pembuatan opini-opini teologis. Opini teologis yang sudah berkembang sekarang di satu sisi menyetujui perayaan Natal dapat saja dilaksanakan sebelum tanggal 25 Desember, sedangkan opini lainnya tidak menyetujuinya. Adalah sebuah fenomena yang normal bila sebuah tesis bertemu dengan antitesis dalam lapangan berteologi di gereja karena pada gilirannya akan timbul hasil obyektif yang disebut sintesis sebagai akibat dari ketegangan positif tersebut.
Pemilihan Metode Teologis Historis Kritis
Penelusuran kelahiran Yesus tidak dapat didekati dengan pendekatan teologis biblis dan dogmatis belaka mengingat masalah penanggalan mau tidak mau harus terkait dengan sebuah upaya perbandingan tarikh yang sudah pasti bersifat historis. Tetapi dengan demikian hal tersebut tidak mengurangi nilai teologisnya malah semakin diperteguh dan lebih obyektif. John Stott, teolog Inggris, mengemukakan dengan manis nilai teologis historis:
"... teologi yang bersifat historis yaitu penegasan bahwa Allah yang kita imani adalah Allah yang telah menyatakan diri dan menuntun umat kepunyaannya sepanjang sejarah sehingga teologi tak pernah sepenuhnya baru melainkan terkait pada tradisi yang mendasari dan memberi sifat kekokohan sambil sekaligus menggumuli teologi dalam waktu yang menyebabkan teologi memilliki sifat kelenturan tertentu ..." [1]
Penelusuran Data
Kita dalam menentukan penanggalan kelahiran Kristus mencoba memakai sekumpulan data yang valid dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Dalam pengamatan ternyata ada dua pokok yang perlu dibedakan pembahasannya tetapi hasil keduanya dapat mengacu pada penentuan konklusi teologi pada tahap akhir. Dua pokok yang perlu dibedakan pembahasannya yaitu:
1. Pembahasan Yang Terkait Dengan Tahun Kelahiran Yesus
Dalam pembahasan ini maka akan diadakan penelusuran terhadap data-data tertulis serta analisis-analisis tertulis yang dikemukakan oleh bapa-bapa gereja serta beberapa ahli biblika perjanjian baru modern terkait hanya pada penentuan tahun yang lebih akurat.
Data perdana yang kita pakai adalah data-data awal yang ditulis oleh para bapa gereja.
ANALISIS CLEMENS DARI ALEXANDRIA
Menurut Luk 2:1 Yesus lahir di bawah pemerintahan Kaisar Agustus tetapi tidak diberikan data tahunnya. Clemens lalu menghitungnya demikian:
"And our Lord was born in the twenty-eight year... in the reign of Agustus" ... "From the birth of Christ ... to the death of Commodus are, in all, a hundred and ninety-four years, one month, thirteen days."[2]
Penjelasan:
Berdasarkan perhitungan tersebut Clemens menetapakan tanggal kelahiran Kristus adalah 18 Nopember 3 A.D.[3]
ANALISIS TERTULIANUS
After Cleopatra, Augustus reigned forty-three years
All the years of the empire of Augustus were fifty-six years.
In the forty-first year of the empire of Augustus, when he has been reigning for twenty-eight years after death of Cleopatra, the Christ was born.
And the same Augustus survived, after Christ is born, is fifteen years.[4]
Dari penjelasan itu diperhitungkan dalam tarikh yang berlaku saat itu maka didapatlah tahun kelahiran Kristus antara 3/2 s.M.[5]
ANALISIS JULIUS AFRIKANUS
Ia menghitung kelahiran Kristus 5500 sesudah Adam yang sama dengan tahun Olympiade ke 194 yang sejajar dengan tahun 3/2 s.M.[6]
ANALISIS ORIGENES[7]
Origen in a greek fragment of Homilies says that Christ was born in the forty-first year of Caesar August.
Hasil yang didapat dari perhitungan Origenes sama dengan hasil Tertulianus.
ANALISIS JACOB VAN BRUGGEN[8]
Satu-satunya pembubuhan tahun yang terdapat dalam Perjanjian Baru kita temukan dalam Luk 3:1, "Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius ... " Tanggal ini bertepatan dengan periode 19 Agustus tahun 28 sampai 19 Agustus tahun 29 M. Mungkin tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Tiberius itu bertindih tepat dengan periode tersebut, mungkin juga hanya untuk sebagian saja, tergantung pada metode penghitungan yang dipakai. Secara kasar dapat kita katakan bahwa saat tersebut dalam Luk 3:1 termasuk dalam tahun 28 atau 29 M. Pada tahun itu, sebagaimana yang dikatakan Lukas, Allah berfirman kepada Yohanes di padang gurun. Jadi penampilan Yohanes Pembaptis tidak berlangsung sebelum tahun 28 atau 29 M.
Yesus tidak segera datang untuk dibaptis oleh Yohanes. Kita harus memperhitungkan kenyataan bahwa pemberitaan Yohanes berangsur-angsur makin dikenal, sehingga akhirnya rakyat berbondong-bondong menemukannya dan Yesus pun datang kepadanya. Maka dapat kita pastikan bahwa pembaptisan Yesus berlangsung tidak sebelum pertengahan tahun 28, malah mungkin beberapa waktu sesudah itu.
Pada waktu Yesus dibaptis, Dia "... berumur kira-kira tiga puluh tahun", demikian Lukas (3:23). Penunjukkan usia ini tidak persis, tetapi menggambarkan Yesus sebagai seorang yang berumur tiga puluhan, tidak lebih tua dari itu. Jadi, kelahiran-Nya harus diberi tanggal sebelum tahun yang kini dinyatakan, secara khilaf, sebagai permulaan penanggalan tahun Masehi.
Yesus lahir sebelum wafatnya Herodes Agung. Herodes wafat kira-kira tanggal 1 Nisan tahun 4 sebelum Masehi. Yesus lahir pada musim ketika kawanan ternak merumput di padang, jadi pada musim panas (Luk 2:8, 15). Karena itu, kelahiran itu harus dianggap terjadi paling lambat pada musim panas tahun 5 s.M. Kalau anggapan ini benar, pada permulaan tahun 29 atau 30 Yesus berusia 32 atau 33 tahun. Usia ini cocok dengan gambaran Lukas, berusia tigapuluhan.
Tidak mungkin Yesus lahir jauh lebih awal, karena dalam hal itu gambaran sebagai prang yang berusia tigapuluhan pada saat Dia dibaptis akan menjadi semakin tidak sesuai dengan kenyataan. Lagipula, tidak mungkin Dia lahir kira-kira pada tahun 8 sM misalnya sebab pada waktu Yesus berusia 12 tahun dan mengunjungi Yerusalem pada hari Paskah (Luk 2:40-52), kota itu tidak tercekam oleh kecemasan. Tidak mungkin terdapat suasana semacam itu selama Arkhelaus masih berkuasa. Namun, pada saat Yesus berkunjung ke Bait Allah rasa takut kepada Arkhelaus (Mat 2:22) tidak berperan lagi. Hal itu berarti, Yesus mencapai usia 12 tahun sesudah Arkhelaus disingkirkan (pada tahun 6 M). Dengan bertolak dari fakta itu kita dapat menetapkan bahwa Yesus paling cepat lahir pada tahun 7 s.M. Namun, karena penggambaran Yesus dalam Luk 3:23 sebagai orang yang berusia tigapuluhan, lebih masuk akal kalau Yesus dianggap l63ahir pada tahun 6 atau 5 s.M.
Ikhtisar kronologi yang disajikan di bawah ini singkat dan padat dan mendekati kebenaran.[9]
KRONOLOGI KELAHIRAN YESUS DI BUMI
6 (-) sM (Musim panas/gugur):Masa persiapan
5 (-) sM (Musim semi/panas): Kelahiran
5 (-) sM (Musim panas/gugur): Mengungsi ke Mesir
4 (+) sM Pulang dari Mesir, menetap di Nazaret
ANALISIS H. JAGERSMA[10]
Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa Yesus berkarya dan hidup dalam masa pemerintahan kaisar-kaisar Romawi Agustus (27 SM - 14 M) dan Tiberius (14 - 37 M). Bila kita membicarakan kronologi hidup Yesus dengan pasti dapat dikatakan, bahwa awal dari tarikh Masehi dan kelahiran Yesus tidak jatuh bersamaan. Hal ini disebabkan oleh salah hitung sebesar empat tahun yang dibuat oleh biarawan Dionosius Exiguus pada abad ke-6.
Dari kitab-kitab Injil tidak dapat dilacak dengan tepat kapan Yesus dilahirkan. Matius 2:1 mengatakan: "Pada zaman raja Herodes". Jadi paling lambat pada tahun 4 SM, tahun matinya Herodes. Lukas 2:2 menghubungkannya dengan suatu sensus pada zaman Kirenius, wali negeri di Siria. Seandainya berita ini tepat Yesus tentunya lahir pada tahun 6 atau 7 M. Maka keterangan-keterangan tersebut tidak ada yang sama. Yang tersebut dalam Mat 2:1 paling mendekati pada perhitungan olehj Dionisius Exiguus yang sudah diperbaiki, yang menerangkan bahwa Yesus telah lahir kira-kira pada tahun 4 SM.
ANALISIS JOHN DRANE[11]
Tidak mudah untuk menentukan dengan tepat Yesus dilahirkan. Menurut perkiraan yang umum, Yesus lahir antara 1 sM dan tahun 1 M. tetapi hal ini tidak benar, karena kesalahan yang dibuat pada abad ke-6 M di dalam menghitung permulaan tarikh masehi. Ada 4 bukti yang perlu dipertimbangkan:
· Pertama, menurut Matius, "Yesus dilahirkan di kota Betlehem di negeri Yudea pada masa pemerintahan Raja Herodes" (Mat 2:1, BIS) yakni sebelum kematian Herodes Agung pada tahun 4 sM.
· Kedua, Lukas lebih berminat untuk lebih menempatkan kisahnya dalam konteks yang lebih luas dari kekaisaran Roma; menurut laporannya, Yesus dilahirkan ketika sensus pertama dijalankan pada waktu Kirenius gubernur Siria (Luk 2:2). Yosefus menceriterakan bahwa seseorang yang bernama Kirenius memang dikirim ke Siria dan Yudea guna menyelenggarakan suatu sensus pada permulaan tarikh Masehi (Antiquites 18:2). Tetapi sensus ini merupakan bagian operasi pembersihan setelah Arkhealus, anak lelaki Herodes Agung, dicopot dari jabatannya. Hal itu semestinya terjadi pada tahun 6 atau 7 M, dan tidak mungkin terjadi sebelum kematian Herodes Agung pada tahun 4 sM. Oleh karena itu, beberapa ahli menduga bahwa orang yang disebut "Kirenius" oleh Lukas sebenarnya Saturninus, perwira tinggi Romawi di Siria, yang mengadakan sensus pada tahun 6 sM. Tetapi kita tidak mempunyai bahan untuk menunjukkan bagaimana Lukas tidak dapat membedakan kedua orang itu. Pada bagian lain Injilnya dan Kisah Para Rasul, ia sangat cermat dan sangat teliti dalam pemakaian nama-nama dan gelar-gelar pejabat Roma. Bagaimana pun juga kita tidak mempunyai bukti nyata, bahwa Saturninus memang mengadakan sensus.
· Ketiga, Lukas juga membuat pernyataan-pernyataan yang lain tentang waktu terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus. Ia, umpamanya, mengatakan bahwa Yesus berumur tiga puluh tahun ketika Ia dibaptis, yakni "Dalam tahun ke-15 dari pemerintahan kaisar Tiberius"" (Luk 3:1). Tiberius menjadi penguasa kekaisaran Roma pada tahun 14 M, sehingga tahun ke-15 adalah tahun 28 M. Tetapi sebenarnya Tiberius telah turut memerintah bersama pendahulunya, Agustus, sejak 11 M. jadi walaupun ia baru menjadi kaisar setelah Agustus meninggal pada tahun 14 M, ia telah memegang kekuasaan 3 tahun sebelumnya. Mungkin sekali Lukas menghitung tahun ke-15 pemerintahan Tiberius sejak tahun 11 M, sehingga Yesus berumur 30 tahun pada tahun 25-26 M. Dengan demikian, ia lahir pada tahun 5 atau 4 sM, jadi sebelum Herodes Agung meninggal.
· Keempat, beberapa ahli berusaha lebih spesifik lagi dengan menghitung terjadinya suatu konjungsi planet-planet sekitar tahun 6 sM dan menganggap peristiwa astronomi ini dapat menerangkan bintang terang yang disebut di Injil Matius. Tetapi argumen seperti ini jelas merupakan spekulasi.
Dari hal di atas kita dapat lihat bahwa ada dua bukti yang menunjukkan bahwa Yesus lahir sekitar tahun 4 s.M, sedangkan informasi lain yang diberikan oleh Lukas tentang sensus pada masa Kirenius kelihatannya tidak cocok dengan cara penentuan waktu ini. Ada tiga kemungkinan untuk menjelaskan persoalan ini:
· Pertama, keterangan lukas disalahartikan. Sejumlah ahli mengutarakan bahwa masalah yang kami kemukakan pada hakekatnya tidak ada. Menurut mereka, dari segi tata bahasa, Lukas 2:2 dapat diterjemahkan, "sensus ini dijalankan sebelum sensus yang diadakan ketika Kirenius menjadi gubernur negeri Siria," berbeda dengan terjemahan yang lazim. "Sensus yamg pertama ini dijalankan waktu Kirenius menjadi gubernur negeri Siria" (BIS; bnd TB). Pengertian seperti ini memang mungkin, walaupun bukan makna utama penyataan itu. Lagi pula, untuk itu harus ada perubahan terhadap teks, walaupun secara tersirat. Beberapa ahli Perjanjian Baru terkemuka yang mendukung penjelasan demikian, tetapi penjelasan tersebut tidak diterima secara luas.
· Kedua, Lukas keliru. Kebanyakan ahli malah cenderung menganggap informasi yang diberikan dalam Lukas 2:2 sebagai kekeliruan. Ini merupakan cara yang mudah memecahkan masalah, tetapi tetap mengandung kesulitan-kesulitan. Seperti yang dikemukakan di atas, di bagian-bagian lain Injilnya dan dalam kisah Para rasul, bila Lukas membicarakan orang-orang dan peristiwa dalam kekaisaran Roma, ia memperlihatkan dirinya sebagai seorang ahli sejarah yang benar-benar dapat diandalkan. Oleh karena itu kelihatannya tidak mungkin ia memberi keterangan yang begitu spesifik di sini kalau ia tidak mempunyai alasan yang kuat untuk itu. Lagi pula, pernyataan tentang waktu Yesus dibaptis oleh Yohanes cocok dengan asumsi bahwa Yesus lahir pada masa pemerintahan Herodes Agung, kira-kira sepuluh tahun sebelum pemerintahan Kirenius yang disebut oleh Yosefus. Hampir tidak mungkin, seorang sejarawan yang cerdas akan membuat dua pernyataan yang saling bertentangan pada konteks yang berdekatan dalam kisahnya. Kalau kita menganggap Lukas memakai sumber-sumbernya dengan cermat dan menulis secara saksama serta mengerti apa yang ditulisnya, maka sulit mengatakan bahwa ia memberi keterangan yang keliru mengenai sensus di bawah Kirenius.
· Ketiga, Lukas tidak memberikan ceritera yang lengkap. Suatu penjelasan yang lebih baik dapat ditemukan bila kita mengingat bagaimana sebenarnya kehidupan berlangsung di kekaisaran Roma. Memerintah Yudea dari Roma pada tahun 7 M tidaklah sama keadaannya bila dilakukan pada hari ini. Sekarang ini kita mempunyai komunikasi langsung ke seluruh penjuru dunia. PBB di New York dapat mengambil suatu keputusan yang mempengaruhi sebuah negara di belahan dunia yang lain dan keputusannya itu dapat disampaikan kepada negara itu dalam waktu beberapa menit saja. Tetapi di Roma purba keadaannya berbeda. Walaupun dalam kondisi yang ideal, sebuah dekrit yang ditandatangani kaisar di Roma dapat memakan waktu berbulan-bulan lamanya untuk mencapai propinsi yang jauh seperti Yudea - dan selalu ada kemungkinan bahwa pembawa pesan mengalami musibah di laut bila kapalnya karam, sehingga perintah kaisar tertundah lebih lama atau malahan hilang sama sekali. Pada zaman setelah Yesus, umpamanya, kaisar Kaligula mengirim perintah agar patungnya sendiri ditempatkan di Bait Allah di Yerusalem. Gubernur setempat lebih bijaksana dari kaisar dan menyadari bahwa hal itu akan ditentang keras oleh orang-orang Yahudi. Sebab itu ia menulis dan minta kepada kaisar untuk meninjaunya kembali. Tetapi Kaligula mendesak agar rencana itu dilaksanakan, dan menulis kepada gubernur untuk mengerjakannya. Kapal yang membawa perintah tersebut membutuhkan waktu tiga bulan berlayar dari Roma ke Yudea. Sementara itu Kaligula dibunuh, dan sebuah kapal yang berangkat belakangan dari Roma membawa berita kematiannya dan tiba di Yudea 27 hari lebih dahulu dari kapal pertama sehingga perintahnya tidak dilaksanakan.
Dalam menentukan waktu pelaksanaan sensus yang dilakukan dengan Kirenius dengan tepat, kita harus mengingat kesulitan-kesulitan komunikasi dan pemerintahan pada waktu itu. Lagi pula, sudah diketahui secara umum bahwa sensus-sensus Roma (yang diadakan untuk maksud perpajakan) sering ditentang di banyak wilayah kerajaan. Salah satu sensus seperti itu, umpamanya yang diadakan di Gaul sangat ditentang rakyat sehingga diperlukan 40 tahun guna menyelesaikannya! Selain itu, ada lagi persoalan-persoalan komunikasi. Sehingga, boleh jadi sensus yang diselesaikan oleh Kirenius pada tahun 6 atau 7 M telah didasarkan pada informasi yang dikumpulkan jauh sebelumnya.
Kaisar Agustus sangat gemar mengumpulkan angka-angka statistik karena itu mungkin sekali ia meminta Herodes Agung untuk menjalankan suatu sensus. Kirenius dikirim pada tahun 6 M untuk membereskan pekerjaan yang belum diselesaikan oleh Arkhelaus, dan mungkin sekali ia memakai informasi yang dikumpulkan sebelumnya dan tidak memulai pekerjaan yang rumit itu dari awal sekali. Kalau ini benar, tidak ada alasan kuat untuk menganggap informasi Lukas tentang sensus tersebut bertentangan dengan keterangan lainnya yang mendukung perkiraan bahwa Yesus lahir pada tahun 5 sM. Bagaimana pun juga, ia lebih menaruh minat untuk menceriterakan kisah kelahiran Yesus daripada menjelaskan kerumitan dunia politik Yudea pada waktu itu.
ANALISIS I. H. MARSHALL[12]
Selama pemerintahan Agustus (31 sM- 14M) orang Roma menyusun kembali pemerintahan mereka di berbagai-bagai bagian kekaisarannya dan menjalankan pendaftaran baru bagi penduduk untuk tujuan pemungutan pajak. Pelaksanaan perintah itu di Siria (yang daripadanya Yudea merupakan bagian) membawa Yusuf dan Maria ke Betlehem, yang sejak lampau dinubuatkan sebagai kelahiran Mesias.
Pendaftaran atau sensus oleh Agustus itu menimbulkan sejumlah besar persoalan. Tapi ada cukup bukti untuk memperlihatkan, bahwa pendaftaran seperti ini sifatnya adalah mungkin dalam kerajaan seorang Romawi yang setengah merdeka. Persoalan yang tajam ialah mengenai tanggalnya. Kirenius adalah gubernur Siria dari tahun 6 sM, dan selama masa ini ada pemberontakan mengenai diadakannya sensus itu (Kis 5:37 dan Yosephus). Tapi Yesus lahir sebelum Herodes wafat (4 sM). Pemecahan-pemecahan yang mungkin adalah:
a. 'Kirenius' adalah suatu kesalahan untuk 'Saturninus', gubernur pada tahun 9-6 sM.
b. Kirenius boleh jadi telah lebih dahulu mempunyai suatu kedudukan di Timur, yang selama waktu itu ia memulai pendaftaran.
c. Karena ini adalah pendaftaran pertama di Yudea, maka proses pendaftaran orang-orang dan kemudian mengenakan pajak kepada mereka akan makan beberapa tahun. Lukas menyebutkan nama Kirenius sebagai gubernur yang terkenal yang di bawah pemerintahannya proses pendaftaran itu diselesaikan sesudah wafatnya Herodes; dan pemberontakan dalam Kis 5:37 berlangsung ketika pajak baru itu dipungut untuk pertama kalinya.
ANALISIS J. H. BAVINCK[13]
Sepeninggal pamannya, Yulius Caesar (44 tahun sebelum Kristus lahir), panglima tentara yang termasyur itu, Agustus (pada masa itu namanya barulah Oktavianus) berdaya upaya untuk menjadi kepala negara dalam Republik Roma. Ketika itu ia baru berusia 18 tahun, dan selain dia ada lagi beberapa orang yang ingin menjadi raja. Setelah bertahun-tahun lamanya berperang serta menjalankan tipu muslihat, pada tahun 27 sebelum Kristus berhasillah usaha Oktavianus, dia dinobatkan menjadi raja. Bangsa Romawi memberikan dia gelar "Agustus", artinya "Yang Luhur". Sejak itu ia menjadi kaisar dalam kerajaan itu, dan dialah kaisar Romawi yang pertama. lama ia berkuasa, hingga Ia meninggal pada tahun 14 setelah Kristus.
Oktavianus Agustus itulah yang mengeluarkan suatu perintah untuk mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Mungkin sekali perintah Agustus itu telah dikeluarkan dua tahun sebelum Tuhan Yesus lahir, jadi pada tahun 8 sebelum Kristus. Teranglah bahwa pendaftran jiwa atau sensus seperti itu, apalagi baru pertama kali dilakukan, memerlukan banyak waktu. Karena itu tidak heran bila berita itu barulah dua tahun, sesudah dikeluarkan, sampai kepada Yusuf dan Maria, menurut Lukas, maka sensus yang pertama dilakukan "sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria". Kedudukan wali negeri di Siria adalah lebih tinggi daripada di Yudea, bahkan dalam keadaan istimewa, mereka dapat mencampuri urusan Yudea. Itulah sebabnya Lukas dengan sengaja menyebut nama wali negeri di Siria itu. Itulah pertama kalinya diadakan pendaftaran jiwa. Dikemudian hari dilakukan beberapa kali lagi, misalnya Lukas menyebut satu kali lagi dalam Kis. 5:37.
2. Pembahasan Yang Terkait Dengan Tanggal Kelahiran Yesus
Dalam pembahasan ini maka akan diadakan penelusuran terhadap data-data tertulis serta analisis-analisis tertulis yang dikemukakan oleh bapa-bapa gereja serta beberapa ahli biblika perjanjian baru modern terkait hanya pada penentuan tanggal yang lebih akurat.
ANALISIS CLEMENS DARI ALEXANDRIA
Dalam karyanya Stromata[14] ia menetapkan tanggal kelahiran Kristus pada 18 November 3 s.M.
ANALISIS KELOMPOK BASILIDES
Kelompok ini adalah kelompok Kristen gnostik yang tumbuh tahun 117-138 A.D. di Alexandria menetapkan tanggal kelahiran Yesus sama dengan tanggal baptisan-Nya yakni pada tanggal 20 Mei.[15]
ANALISIS EPIPHANIUS
Epiphanius dalam karyanya Panarion merubah makna tanggal 20 Mei yang menurut pengikut Basilides sebagai tanggal kelahiran Yesus menjadi tanggal pemberitahuan malaikat Gabriel kepada Maria (Luk 1:26). Sehingga menurutnya kelahiran Kristus diperkirakan lahir di antara tanggal 5 sore hari dan tanggal 6 pagi hari.[16]
ANALISIS YOHANES CHRISOSTOMUS[17]
Di Antiokhia pada tahun 386 A.D. seorang uskup Konstatinopel bernama Yohanes Chrisostomus, dalam festival peringatan terhadap para martir (deposito martyrum), mengkhotbahkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Hari itu dalam peringatan terhadap Philogonius, mantan uskup Antiokhia, ia berkata bahwa festival tersebut adalah festival yang sekaligus merayakan kelahiran tubuh insani Kristus. Katanya bila tidak ada hari kelahiran Kristus maka Ia tidak akan kita rayakan hari baptisan-Nya dalam masa Epiphania, Ia tidak disalib dan dirayakan kebangkitan-Nya pada hari Paskah, dan Roh Kudus tidak diutus Bapa pada hari Pentakosta. Dan ia menetapkan festival itu selama lima hari.
Pada tanggal 25 Des ia kembali berkotbah yang kata-katanya dikutip oleh uskup Cyprus, Theodore (393-453 AD), dari kotbahnya yang berjudul "wacana ulang tahun" (birthday discourse). Ia berkotbah tentang "surya kebenaran" (Mal 4:2). Dan sesudah kotbahnya itu ia kemudian memberi dasar dengan melakukan perhitungan tarikh, kemudian mensejajarkan kisah dalam Luk 1 dengan tarikh Ibrani, tarikh Yunani, dan akhirnya ia mendapatkan tanggal 25 Des.
Terlihat jelas tampak adanya niat tersirat dari Chrisostomus untuk mengganti kepercayaan pagan yang sudah lebih dahulu memakai tanggal 25 Des sebagai perayaan dewa matahari sol invictus. Kemudian Agustinus menulis sebuah kalimat yang makin meneguhkannya:
For He is believed to have been conceived on the twenty-fifth of March, upon which day also he suffered. ... But he was born, according to tradition, upon December the twenty-fifith.[18]
PEMBAGIAN KEYAKINAN TIMUR DAN BARAT
Keyakinan orang Kristen di Timur mereka merayakan Natal pada tanggal 6 Januari sedangkan di Barat merayakannya pada tanggal 25 Desember sesuai penjelasan Chrisostomus.[19]
ANALISIS JAMES PRICE[20]
Salah satu agama atau iman lainnya yang merupakan lingkungan luas tempat orang-orang Kristen dari abad-abad pertama itu mengajarkan imannya ialah Mitraisme. Menurut para penganut agama itu dewa Mitra lahir dari sebuah batu. Kemudian ia menjinakkan seekor lembu jantan besar yang diciptakan dulu oleh dewa Parsi, Ahura-Mazda namanya. Lembu jantan itu disembelih dan sebagian dipakai untuk menciptakan semua tumbuhan-tumbuhan dan binatang yang penting bagi manusia. Dewa Mitra juga dikaitkan dengan dewa matahari. Mereka berdua dilukiskan sedang makan bersama dan Mitra diperlihatkan turun naik dalam kereta kuda dewa itu. Sekitar abad pertama sebelum Masehi agama itu telah disebarkan sejauh kota Roma itu sendiri. Di sana dewa Mitra digabungkan dengan dewa matahari dan menerima gelar baru, yaitu deus Sol invictus Mithras, yaitu dewa matahari Mitra yang tak terkalahkan. Hari ulang tahunnya dirayakan pada setiap tanggal 25 Desember, sebab pada tanggal itu matahari untuk belahan bumi utara letaknya paling jauh ke selatan katulistiwa. Dalam kuilnya yang terbuka hanya untuk laki-laki saja, para calonnya "disidi" melalui upacara-upacara yang mencapai puncaknya pada saat mereka "dimandikan" dalam darah seekor lembu yang disembelih pada pelataran di atas kepala mereka. Melalui upacara-upacara tersebut, para calon mencapai kemurnian moral dan sekaligus pula mempertinggi keampuhannya untuk tidak gugur dalam medan perang. Pada hari kiamat nanti, mereka akan dibangkitkan dari antara yang mati dan diselamatkan dari lautan api yang akan memusnahkan semua kekuatan-kekuatan demonis di samping semua orang yang jahat. Belum jelas sejauh mana agama Kristen dipengaruhi oleh agama Mitra itu, atau sebaliknya, sejauh mana agama Kristen mewarnai sifat agama tersebut. Tetapi para pemimpin gereja ditantang keras oleh daya tariknya yang mampu menyelewengkan para warga dari iman sebagaimana diajarkan gereja.
ANALISIS I. H. MARSHALL[21]
Kawanan ternak dijaga di luar di padang ... pada waktu malam dari bulan April sampai bulan Nopember, tapi ini agaknya mungkin juga dalam musim dingin. Tapi tidak ada bukti bahwa Yesus lahir dalam bulan Desember.
Pemahaman Masa Kini dan Di Sini
Ada sesuatu yang tidak dapat ditanggalkan begitu saja dan ada yang tidak dapat diambil begitu saja, semuanya perlu adaptasi dan pemahaman serta pembelajaran lebih lanjut. Penanggalan baik tahun maupun tanggal persisnya Yesus lahir adalah sebuah tradisi kabur yang dibuat seolah menjadi nyata oleh gereja terkemudian. Penetapan hari-hari gereja dan tahun-tahun gereja memiliki kesamaan nasib dalam penentuan penetapannya pada tarikh masa kini baik dalam seruan bapa gereja maupun hasil konsili-konsili.
Ada beberapa pandangan teologis yang muncul kemudian:
1. Berpandangan Teologis Praktis - Tetap menganggap Natal berlangsung pada tanggal 25 Desember terlepas dari latar belakang historis perhitungan dan penetapan kritisnya. Dan tidak memusingkan berlangsung sesuai dengan tahun gereja atau tidak.
2. Berpandangan Teologis Liturgis. Tetap menganggap Natal berlangsung pada tanggal 25 Desember terlepas dari latar belakang historis perhitungan dan penetapan kritisnya. Dan mengikuti urutan-urutan tahun gereja dengan tepat.
3. Berpandangan Teologis Historis - Tidak menetapkan Natal harus tanggal 25 Desember, berdasarkan ketidakakuratan penghitungannya, tetapi menyetujui bersama tanggal tersebut dan menjalankan Natal dalam berbagai kesempatan sejauh Advent dan Epiphania.
4. Berpandangan Teologis Dogmatis - Tidak mempersoalkan penanggalan Natal tetapi lebih pada makna teologisnya.[22]
Bila merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember konsekuensinya adalah:
1. Tumpang tindih pemberitaan dari minggu advent yang masih berbicara tentang persiapan menyambut kedatangan (kelahiran) dengan natal itu sendiri yang berbicara tentang kelahiran.
2. Tumpang tindih ini dapat membingungkan orang lain yang mencoba memahami kontinuitas perjalan sejarah natal.
Bila tidak merayakan Natal sesudah tanggal 25 Desember konsekuensinya adalah:
1. Perayaan Natal sudah kehilangan greget-nya karena diselenggarakan sesudah acara puncak pada tanggal 25 Des.
2. Bila dirayakan sesudah Natal pun tetap mengganggu jadwal tahun gereja sub oktaf Natal dan Epiphania. Akan terjadi juga tumpang tindih pemberitaan antara Natal, Sub Oktaf Natal, dan Oktaf Natal, serta Epiphania.
3. Tidak cukup waktu untuk mengadakan/mengikuti perayaan Natal di berbagai tempat karena waktu yang sempit sehingga dapat berlangsung bersamaan (antara 25-28 Des).
4. Para pendeta maupun presbiter yang berpandangan teologis liturgis "terpaksa" memiliki konsistensi teologis liturgis kedalam maupun keluar yang berdampak:
a. Tidak mengikuti perayaan Natal dimanapun;
b. Tidak memimpin ibadah Natal dimanapun;
c. Tidak memberikan ruang ibadahnya untuk perayaan Natal dari siapapun.
Tulisan Pdt. Daniel P. Zacharias, MTh untuk Lembaga Pengembangan Jemaat dalam rangka Diskusi Pendeta GKO di GKO Narogong pada hari Sabtu, 08 Nopember 2003.
Catatan Akhir:
[1] John R.W. Stott, “A Theology: A Multidimensional Discipline” dalam Donald Lewis & Alister McGrath, peny., Doing Theology for the People of God (Downers Grove: IVP, 1996).
[2] Karyanya adalah Stromata yang ditulis tahun 194 AD sebagaimana dikutip Alexander Roberts and James Donaldson, eds. The Ante-Nicene Fathers, Translations of the Writings of the Fathers down to 325 A.D. 325. 10 vols. 1885-1887, p. 186.
[3] Analisis lanjutan dikerjakan oleh Jack Finegan, Handbook of Biblical Chronology: Principles of Time Reckoning in the Ancient World and Problems of Chronology in the Bible (New Jersey: Princeton University Press, 1964), 223.
[4] Karyanya adalah An Answer to the Jews yang ditulis tahun 198 A.D. sebagaimana dikutip Alexander Roberts and James Donaldson, eds. The Ante-Nicene Fathers, Translations of the Writings of the Fathers down to 325 A.D. 325. 10 vols. 1885-1887, p. 151.
[5] Finegan, 224-225.
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Jacob van Bruggen, Kristus di Bumi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 139.
[9] G. Ogg, The Chronology of the Public Ministry of Jesus (Cambridge: Cambridge University Press, 1940). Bnd. H. W. Hoehner, Chronological Aspects of the life of Christ (Grand Rapids: Zondervan, 1977).
[10] H. Jagersma, Dari Aleksander Agung sampai Bar Kokhba: Sejarah Israel dari 330 SM - 135 M (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 177.
[11] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 54-57.
[12] I. H. Marshall, "Lukas" dalam Donald Guthrie, peny., dalam Tafsiran Masa Kini 3: Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1990), 202-203.
[13] J. H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah 2: Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 53.
[14] Karyanya adalah Stromata yang ditulis tahun 194 AD sebagaimana dikutip Alexander Roberts and James Donaldson, eds. The Ante-Nicene Fathers, Translations of the Writings of the Fathers down to 325 A.D. 325. 10 vols. 1885-1887, p. 145.
[15] Finegan, 249.
[16] Ibid.
[17] Ibid., 255-258.
[18] Ibid.
[19] Ibid.
[20] James Price, Interpreting the New Testament (New York: Holt, Rinehart, and Winston, 1971), 347 dalam Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 92.
[21] I. H. Marshall, "Lukas" dalam Donald Guthrie, peny., dalam Tafsiran Masa Kini 3: Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1990), 202-203.
[22] S. Wismoady Wahono, Pro Eksistensi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 180-184.
1 komentar:
Blognya Menarik. akan saya tunggu updates berikutnya.
Salam kenal.
GBU
Posting Komentar