11 Desember 2007

Mengapa Kita Suka Kembali ke Titik NOL?

Amsal 30:8-9:
8 Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. 9 Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku".

Kata banyak orang “hidup” ini adalah sebuah “perjalanan”. Dan mereka yang menjalani hidup sering digambarkan sebagai seorang musafir. Kalau hidup adalah sebuah perjalanan berarti ada sesuatu yang ditinggalkan, ada sesuatu yang sedang dijalani atau ditempuh, dan ada sesuatu yang akan dicapai. Namun dalam keadaan yang sebenarnya kita kerap menjumpai bahwa tidak sedikit orang yang dalam hidupnya tidak melakukan perjalanan tetapi selalu kembali ke titik awal waktu ia berangkat. Tidak ada yang ditinggalkannya, tidak ada yang dijalaninya, tidak ada yang dicapainya. Hidupnya selalu kembali ke titik nol!

Sejatinya Allah tidak pernah menginginkan anak-anak-Nya menjalani kehidupan mereka dengan kembali ke titik nol. Namun tidak sedikit orang yang senantiasa memakai alasan bahwa ada banyak hal yang membuat mereka “terpaksa” kembali ke titik nol. Sebagaian orang yang kembali ke titik nol karena keberhasilannya. Keberhasilannya tidak membuat ia semakin maju dalam Tuhan tetapi ia malah lengah dan akhirnya jatuh dan kembali ke titik nol. Sebaliknya ada orang yang kembali ke titik nol karena kegagalannya. Kegagalannya tidak membuat belajar malah membuat ia kecewa dan larut begitu dalam sehingga ia jatuh dan kembali ke titik nol.

Penulis kitab Amsal tidak hanya mengajarkan bagaimana hidup dalam sebuah kecukupan yang sejati, tetapi ia juga mengingatkan kita bahwa KEBERHASILAN KITA bisa membuat kita kembali ke titik nol dan KEGAGALAN KITA juga bisa membuat kita melakukan hal yang sama.

Haruskah Keberhasilan membuat kita lengah dan jatuh dan kegagalan kita membuat kita kecewa lalu kalah? Haruskah?

Hal-hal yang diberikan Tuhan pada manusia baik KEBERHASILAN maupun KEGAGALAN tidak pernah dimaksudkan-Nya SEKALIPUN untuk menyeret manusia kembali ke titik nol.
Caroline Sandel Berg pernah menulis lagu Day By Day yang terjemahannya ada pada KJ 332 – KEKUATAN SERTA PENGHIBURAN mengatakan: “Suka dan derita bergantian memperkuat imanku”.

“Suka” yang diberikan Allah pada manusia tidak dimaksudkan-Nya untuk menjerumuskan manusia kembali ke titik nol, tetapi untuk MEMPERKUAT IMAN.

“Duka” yang diberikan Allah pada manusia tidak dimaksudkan Allah untuk menjatuhkan manusia kembali ke titik nol, tetapi untuk MEMPERKUAT IMAN.

Bagaimana caranya agar tidak jatuh ke titik nol:

1. BERHENTI SEJENAK UNTUK MERENUNGKAN CAMPUR TANGAN TUHAN - Bersikaplah seperti Samuel dalam I Samuel: 7:12: "Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: "Sampai di sini TUHAN menolong kita." Dengan berhenti sejenak membuat saudara diberi kesempatan untuk mengoreksi diri bahkan mengakui perbuatan Allah dalam segala hidup kita.

2. MEMBUAT KOMITMEN UNTUK TERUS MAJU DALAM TUHAN SEKALIPUN DI BERIKAN KEBERHASILAN DAN KEGAGALANAmsal 4: 3: "Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, 4 maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia." Dengan membuat komitmen membuat saudara diberi kesempatan untuk hidup dalam iman dan sekaligus ditantang untuk membuktikan iman saudara.

Mari kita pakai KEBERHASILAN yang Tuhan berikan sebagai motivasi untuk tetap hidup memuliakan Tuhan, dan tidak memandang KEGAGALAN sebagai penghambat untuk terus maju dalam Tuhan, Amin!

Daniel Zacharias

Tidak ada komentar: