Mazmur 73:1-20
Bagi siapakah Allah itu "terasa" baik? Pertanyaan tersebut sangat menantang sekaligus memiliki daya koreksi yang cukup dalam. Mengapa? Karena Allah terasa baik tidak berlaku untuk semua orang. Hanya orang-orang tertentu sajalah yang merasakan kebaikan Allah itu dan bagi mereka Allah itu "terasa" baik. Bila kita membaca Mazmur 73:1 maka jelas tertulis disitu bahwa: "Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya". Jadi Allah terasa baik oleh mereka yang memiliki kualitas KETULUSAN HATI DAN KEBERSIHAN HATI. Tidak sedikit orang berpredikat Kristen bersungut dan menyalahkan Allah ketika mereka mengalami kesulitan dan penderitaan. Hati mereka tidak bersih dan tulus sehingga senantiasa ada kecurigaan terhadap perbuatan Allah dan motif-motif di balik tindakan Allah tersebut, padahal dalam Yakobus 1:17 ada jaminan dari semua perbuatan dan tindakan Allah: "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." Pertanyaannya sekarang adalah: apakah Allah sudah terasa baik bagi kita?
Ketika ayat 1 bicara mengenai HATI maka penulis Mazmur ini, Asaf, tergoda. Asaf dengan jujur mengakui dalam ayat 3-10: "Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan. Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah." Dalam hati Asaf terjadi perbandingan dan pertanyaan mengapa orang fasik mujur dan orang saleh menderita. Mungkin Asaf modern akan bilang kenapa orang fasik hidup senang, jalan-jalan, gak ada sakitnya, kemana-mana dengan mercedez, tetapi orang saleh, hidup kesulitan, mau ibadah dilemparin, kemana-mana jalan kaki, syukur-syukur bisa naik angkot. Sebuah perbandingan yang ekstrim tetapi itulah yang paling sering berada di benak orang percaya. Dan karena Asaf tidak memelihara HATI-nya maka pada ayat ke16 ia mengalami tulah dan memiliki pandangan yang keliru.
Solusi yang dialami oleh Asaf adalah ketika ia mengatakan: "sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka". MASUK KE DALAM TEMPAT KUDUS ALLAH artinya ketika Asaf memasuki hadirat Allah. MEMPERHATIKAN KESUDAHAN MEREKA, artinya dalam hadirat Allah, Asaf baru melihat bagaimana orang fasik yang dilihatnya begitu mujur ternyata sedang berada dalam jalan kebinasaan.
Uraian di atas menyadarkan kita semua bahwa ketika kita berada dalam hadirat Allah maka pandangan seseorang yang keliru dapat diubahkan. Sehingga kita dapat mengatakan hadirat Allah adalah tempat dimana pandangan seseorang diubahkan. Banyak hal kita bisa salah persepsi, mindset kita tidak tepat, paradigma kita tentang banyak perkara yang Allah ijinkan terjadi bagi hidup kita melenceng, sehingga kita acapkali salah paham terhadap Allah atau malah ngambek gak keruan. Kita terlalu sering menganalisa sendiri berdasarkan cara pandang kita yang sangat rentan terhadap kesalahan sekalipun kita sudah berbekal ilmu dan pengalaman. Solusi bagi Asaf adalah solusi bagi kita. Masuk dalam hadirat Allah dan membiarkan ALLAH MENUNJUKKAN KEPADA KITA PANDANGAN MENURUT PANDANGAN ALLAH dan MENGUBAH PANDANGAN KITA SERUPA DENGAN PANDANGANNYA.
Sudahkah kita menjumpai dan memasuki hadirat-Nya hari ini?
Daniel Zacharias
Tidak ada komentar:
Posting Komentar