21 Oktober 2008

NUH: Suami Yang Menjadi Berkat

Kejadian 6:9-22

Awal Oktober 2008 yang lalu pakar pemasaran terkenal, Hermawan Kertajaya, mengangkat soal The Ark of Noah yang ditelusuri dengan pandangan universal dalam konteks bidangnya. Menarik juga ternyata kisah Nuh dapat menjadi inspirasi bagi sebuah bidang pemasaran.

Kisah Nuh memang bukan hanya terdapat dalam Perjanjian Lama tetapi juga terekam di kitab suci lainnya dan beberapa mitos seputar Babilonia.

Namun dalam bagian berikut ini kita melihat sisi Nuh sebagai pemimpin keluarga. Akhir-akhir ini tidak sedikit para pemimpin keluarga yang mengalami kegagalan yang akhirnya bukan menyelematkan keluarganya dari "air bah" tetapi malah menenggelamkannya. Ironis!

Sejak awal kehidupan manusia, Allah menciptakan keluarga dengan posisi sang ayah dan suami menjadi seseorang yang menerima kehendak Allah dan menjalankan kehendak Allah dalam keluarga. Dan Nuh adalah gambaran yang tepat buat contoh yang seorang ayah dan suami yang menjadi berkat.

Asal kata nama Nuh tidak begitu jelas. Tetapi banyak penafsir menghubungkan dengan kata nacham beristirahat, penghiburan. Nuh adalah generasi yang terakhir dari sepuluh Bapak Leluhur kuno dan pahlawan air bah. Dia adalah anak Lamekh yang berusia 182 tahun sewaktu Nuh lahir (Kej 5:28-29; Luk 3:36).

Di tengah kefasikan dan kejahatan yang merajalela saat itu (ayat 5), Kejahatan saat itu membuat Nuh kehilangan saudara-saudara kandungnya sendiri. Allah menemukan dalam diri Nuh seorang yang benar dan masih berusaha untuk berhubungan dengan-Nya. Kualitas yang dimiliki Nuh adalah bahwa ia adalah seorang yang benar (Kej 6:9), yang memiliki kebenaran yang bersumber dari iman (Ibr 11:7), dan ini terjadi karena ia mempunyai suatu persekutuan yang akrab dengan Tuhan, seperti dinyatakan dalam ayat 9.

Dia juga digambarkan sebagai orang yang hidup "tidak bercela di antara orang-orang sezamannya" (Kej 6:9) yang pada saat itu telah terpengaruh budaya Kainiah, hidup terbenam dalam taraf hidup moral yang rendah, dan kepada mereka dia memberitakan kebenaran (II Pet 2:5), biarpun ia tidak berhasil. Nuh hidup tidak bercela di antara orang-orang sezamannya, menunjukkan bahwa dia sekalipun sebagai seorang ayah dan seorang suami dan hidup di tengah-tengah situasi yang jahat, ia membuktikan dirinya setia kepada Allah dengan memisahkan diri dari kejahatan moral masyarakat di sekitarnya.

Nuh menyadari benar kalau dia adalah orang yang benar yang takut akan Allah dan tidak menyetujui pandangan dan kelakuan umum yang populer, Nuh adalah orang yang berkenaan kepada Allah (ayat 8; 7:1; Ibr 11:7; II Pet 2:5).

Nuh memiliki empat perkara yang luar biasa:

1. NUH ADALAH AYAH DAN SUAMI YANG MENJADI SALURAN DALAM MENERIMA KEHENDAK ALLAH

Nuh memiliki hubungan yang baik dengan Allah. Ia menunjukkan kepada keluarganya bila ia adalah orang yang menjalin hubungan yang baik dengan-Nya. Ia tidak menjadikan dirinya seperti orang-orang yang hidup sezamannya. Ia tidak menjadikan dirinya sebagai pemberontak terhadap Allah sebaliknya ia menjadi karib Allah. Menerima kehendak Allah dipahami sebagai orang yang menerima firman Allah dan menyetujuinya. Peran seorang ayah dan suami adalah orang yang pertama-tama membuka hati dan telinganya bagi kebenaran Allah.

2. NUH ADALAH IMAM DAN NABI DALAM KELUARGA

Nuh memegang peran sebagai seorang imam ia mewakili keluarga di hadapan Tuhan, dalam peran nabi ia mewakili Allah di hadapan keluarganya.

3. NUH ADALAH AYAH DAN SUAMI YANG TIDAK SEKEDAR MENERIMA KEHENDAK ALLAH TETAPI MENJADI ORANG YANG PERTAMA DALAM KELUARGA YANG MENJALANKAN KEHENDAKNYA

Nuh tidak hanya menerima firman Allah tetapi ia juga menjalankan kehendak-Nya dalam keluarga. Dengan bertindak demikian ia tidak saja mendatangkan berkat bagi keluarganya tetapi ia juga memberikan perlindungan dan keselamatan dari ancaman air bah, dan memberikan masa depan yang cerah bagi keluarganya.

Tidak sedikit ayah dan suami di masa sekarang yang justru enggan menjalankan kehendak Allah dalam dirinya dan keluarganya, yang akibatnya sekalipun keadaan rumah tangganya tenang ia sementara sedang menyimpan 'bom waktu' yang suatu saat akan meledak. Sebab tidak ada orang yang hidup mengabaikan Allah yang dapat tenang hidupnya. Bagi Nuh menjalankan kehendak Allah jauh lebih penting daripada menjalankan kehendaknya sendiri.

Tidak terjadinya perwujudan peran ayah dan suami seperti yang ditunjukkan oleh Nuh dalam rumah tangga modern adalah karena banyak di antara mereka yang belum atau belum mau mengerti perannya. Mereka cuma mengerti perannya "menghasilkan anak" dan "memberi anak dan isteri makan, pakaian, dan pendidikan, lalu cukup". Peran ayah dan suami memberikan bimbingan rohani dan teladan rohani terabaikan.

4. NUH MEMILIKI WIBAWA KEBAPAAN ILAHI DAN BUKAN WIBAWA OTORITER

Dalam pengertian tertentu Tuhan telah mempercayakan kepada setiap suami dan ayah tanggung jawab untuk mewujudkan kepada manusia, pernyataan yang mendasar dari Alkitab, yaitu ke-Bapaan. Menjadi ayah dan suami yang sejati adalah gambaran yang paling sempurna tentang Allah yang dapat diraih oleh setiap pria.

Kesalahan terbesar pada masa kini adalah para ayah dan suami yang tidak mencerminkan Allah dalam hidupnya. Mereka tidak memiliki wibawa kebapaan ilahi dan menggantinya dengan wibawa otoriter atau wibawa kekaguman dari gaya pembiaran.

Nuh telah melakukan EMPAT HAL MENDASAR:
1. MENJADI SALURAN DALAM MENERIMA KEHENDAK ALLAH
2. IMAM DAN NABI DALAM KELUARGA
3. MENJADI ORANG YANG PERTAMA DALAM KELUARGA YANG MENJALANKAN KEHENDAKNYA
4. MEMILIKI WIBAWA KEBAPAAN ILAHI DAN BUKAN WIBAWA OTORITER

yang membuka jalan untuk keselamatan bagi keluarganya; dan menerapkan iman kepada keluarganya.

Ibrani 11:7: "Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya;"
Bagaimana dengan keluarga kita? !

Daniel Zacharias
education from womb to tomb

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Nuh memang Suami yang menjadi berkat, suami yang ulet bekerja, tetapi suami yang menikmati anggur, mungkin terlalu banyak sehingga ia mabuk. Menikmati hasil kerja memang baik tetapi jangan sampai mabuk.

Salam mantan rekan Cigelam

Dapetza mengatakan...

melihat kelemahan untuk membangun diri lebih baik ketimbang cuma kritik

Rekan yang tak pernah jadi mantan

DZ