30 Desember 2008

Renungan Memasuki Tahun Baru 2009 (2): BERGANDENGAN TANGAN MENYONGSONG MASA DEPAN

Yesaya 11:6-9

Yesaya 11 merupakan pemberitaan nabi yang jalin menjalin antara nubuat tentang kedatangan Kristus sebagai manusia dan kedatangan-Nya yang kedua kali. Nubuat mengenai inkarasinya terdapat dalam Yesaya 11:1-3 sedangkan nubuat tentang kedatangan-Nya dan masa depan orang percaya dalam rencana Tuhan terbentang mulai dari ayat 3b-10. Pembacaan kali ini erat kaitannya dengan pengharapan yang ditaruh di depan pandangan iman orang percaya tentang masa depan menurut versi Allah.

Hampir dari tiap orang yang kita jumpai menyampaikan nada-nada pesimis tentang suasana hidup masa kini, khususnya di Indonesia. Merenungkan sesudah satu dasawarsa kita menjalani krisis dan kemudian datang lagi krisis moneter yang baru, dan merenungkan kezaliman yang diderita oleh banyak orang, banyak gereja di berbagai tempat mendapatkan perlakuan yang tidak semena-mena, disusul oleh berbagai demo dan kerusuhan yang kemudian bermuara pada kebiadaban yang memperkosa hak asasi manusia; tidaklah heran bila banyak dari antara kita yang merasa hidupnya suram dan getir. Tidak sedikit yang bertanya: "Apa yang harus saya perbuat? Masih perlukah bertahan hidup dan bekerja di Indonesia, serta berharap bahwa perubahan positif masih ada dan masih mungkin? Masih bisakah kita berangan-angan tentang hari depan yang ceria, bersuasana hati penuh semangat? Hati kecil kita ditopang oleh berbagai pertimbangan realistis, berbisik was-was, jangan-jangan hari-hari depan akan menjadi semakin buruk. Jangan-jangan sesuatu yang lebih parah, lebih seram, lebih keji, lebih biadab lagi, malah masih akan terjadi!

Tuhan tidak mengizinkan kita untuk menjadi peramal. Sebaliknya kita diminta untuk hidup karena iman kepada Dia tentang hidup kita dengan sebulat hati. Kita diajari bahwa Dia mengatur sejarah dan bahwa Dia memproses umat-Nya dengan berbagai alat yang menghasilkan sesuatu yang penuh kebajikan bagi hidup umat-Nya (Roma 8:28). Kita diajar untuk menempatkan sebuah peristiwa hidup di Indonesia yang sedang membara dalam konteks luas pengendalian kekal Allah atas segala sesuatu dengan tujuan dan hasil yang pasti bernilai kekal pula.

Kita semua selaku jemaat Allah pun tidak menerima kalau kita harus bermental pesimis, pengecut, dan suram menapaki hidup ini. Kita semua wajib dari waktu ke waktu mengkaji ulang apakah kita tengah mengikuti langkah-langkah-Nya yang memimpin hidup kita. Di dalam keyakinan bahwa Allah pasti memiliki rencana untuk kepentingan kerajaan-Nya di dunia maupun di Indonesia, maka kita yakin bahwa harus ada umat Tuhan yang tetap bertahan, bertekun, berharap, dan berjuang baik secara moral maupun spiritual baik secara pribadi maupun selaku masyarakat Indonesia.

Di mana pun di dunia ini, kita menyaksikan berbagai gereja mengalami kemerosotan fisik, moral, dan spiritual yang luar biasa mengerikan. Sebenarnya semua kejadian ini mengingatkan kita akan satu hal. Bahwa kita sebenarnya adalah musafir Allah, dan dunia tidak menerima kita, sehingga di belahan dunia mana pun orang percaya tetap akan mengalami kesulitan dan tantangan. Dan sekarang mengapa nas yang kita baca begitu ideal?

Di manakah di dunia ini dapat kita jumpai binatang-binatang pemangsa dan yang dimangsa berbaring bersama? Serigala dengan domba, macan tutul dengan kambing? Semua itu terjadi tentunya karena ada perubahan mendasar pada sifat mereka. Lembu dan beruang akan makan rumput bersama, singa dan lembu akan makan jerami. Ular, si binatang tercerdik sekaligus terlicik, si binatang terkutuk, tidak lagi berbahaya. Permusuhan antara dia dan anak manusia telah berhenti.

Gambaran ini bukan fantasi tetapi situasi yang sedang diwujudkan Kristus sendiri. Peristiwa itu adalah lukisan dari karya-karya-Nya yang mulia yang mengubah seluruh kondisi dunia. Itulah arti syalom dalam penggenapan yang seutuhnya. Adanya damai dan sejahtera menghapus jejak akibat dosa. Itulah visi masa depan orang percaya, umat pilihan Allah, yang dari detik ke detik, harus kita resapi di relung dada kita yang terdalam dan bukan meragukannya.

Alkitab dalam nubuat apokaliptik ini tidak saja menggambarkan damai sejahtera atau syalom itu seperti benteng yang teguh yang membuat hati dan jiwa aman terpelihara dari ancaman yang berdatangan. Alkitab juga menggambarkan damai sejahtera mengalir seperti sungai yang membawa kesegaran, keindahan, pembaruan, pemurnian, dan kehidupan.

Apabila kita menyimak nas Alkitab dengan teliti kita akan mendapatkan bahwa Alkitab lebih banyak berbicara tentang damai sejahtera dalam dunia nyata daripada damai sejahtera dalam batin belaka. Alkitab dengan jelas berbicara tentang damai sejahtera di tanah kediaman Israel, damai dalam arti berhentinya peperangan dan permusuhan, damai bahkan dalam gambaran yang sangat puitis-dramatis ketika anak domba dan singa dilukiskan berbaring bersama di padang rumput. Damai sejahtera yang semacam itu adalah syalom, suatu kondisi ketika keadilan, kasih, kesetiaan dan damai menari-nari mesra di dunia sehingga membuktikan wujud konkrit adanya hubungan serasi dengan Allah, antar-manusia, dan antar sesama mahluk ciptaan. Damai sejahtera dalam arti penuh seperti yang Alkitab maksudkan adalah damai sejahtera batin dan lahir, spiritual dan fisikal, personal dan relasional.

Marilah kita baik selaku keluarga maupun jemaat menyongsong masa depan yang mulia yang berasal dari Tuhan. Hal itu menjadi kekuatan dan penghiburan justru di tengah-tengah beratnya hidup ini. Dari pada mengasihani diri sendiri, maka dengan iman kita mencurahkan perhatian dan kepedulian kita untuk mempersiapkan masa depan keluarga dan gereja serta bangsa yang mendapat sentuhan pemulihan dari Tuhan.


Daniel Zacharias
education from womb to tomb

Tidak ada komentar: