23 Desember 2008

Allah Memperhatikan Orang Yang Rendah

Lukas 1:46-49
1:46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan,
1:47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
1:48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
1:49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus


Apa yang diucapkan Maria dalam Magnificat ini sejajar dengan yang dikemukakan pemazmur dalam Maz 113:7: “Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur”. Kesejajaran ini tampak dalam pengertian:

1. Memperhatikan
Tuhan rupanya bukanlah pribadi yang hanya memakai orang-orang tanpa mengerti situasinya. Pujian Maria membuktikan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang penuh perhatian. Perhatian itu diletakkan tanpa pandang bulu dan membuat orang yang menerimanya menjadi terkesima. Memperhatikan di sini berarti “memperhatikan dengan penuh kasih” atau “kelemahlembutan”[1]. Perhatian Allah digerakkan oleh kasih agape yang memungkinkan orang-orang yang tidak layak menerima menjadi dilayakan-Nya.

2. Kerendahan Hamba-Nya
Sebagaimana konteks dari Mazmur 113, maka yang dimaksud dengan “rendah” atau “hina”, bukan ditinjau dari segi moral atau tingkah laku, tetapi dari segi kedudukan seseorang di tengah-tengah masyarakat. Jadi bagian ayat ini dapat juga diungkapkan menjadi, “sebab Ia telah memperhatikan daku dengan penuh kasih, hamba-Nya yang miskin ini” atau “… yang kedudukannya rendah” … atau yang bukan orang besar”.

3. Perbuatan-perbuatan Besar Kepadaku
Ucapan Maria ini didasari atas apa yang ia ucapkan pada ayat 49 yang mengatakan: “karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku”. Maria merasakan bahwa apa yang telah diperbuat Allah bukan saja terjadi “pada” dirinya, tetapi juga “untuk” dirinya[2]. Makin jelaslah bahwa Allah memang memakai seseorang untuk kepentingan diri-Nya dan banyak orang tetapi hal tersebut tidak berarti Ia mengabaikan orang yang dipakai-Nya.

[1] M. K. Sembiring (ed.), Pedoman Penafsiran Injil Lukas (Jakarta: LAI, 2005), 37.
[2] Ibid.

Daniel Zacharias
education from womb to tomb

Tidak ada komentar: