Lukas 1:68-71
1:68 "Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya,
1:69 Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu,
1:70 -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus --
1:71 untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita
“…sebab Ia yang melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya …” (ayat 69) adalah bagian pertama dari nyanyian ZakhariNa yang dikenal dengan istilah Benedictus. Nyanyian Zakharia ini muncul ketika ia sedang dipenuhi oleh Roh Kudus (ayat 1). Jadi perkataan Zakharia bukan sebuah rekaan dari seorang ayah tentang masa depan anaknya, namun merupakan kelanjutan berita ilahi yang sudah disuarakan sejak purbakala. Nyanyian Zakharia ini sama sekali memperlihatkan suasana dan corak Perjanjian Lama. Kerajaan Mesias seperti yang dinantikan orang-orang Yahudi tentulah bukan hanya “kerajaan rohaniah” yang “tidak dari dunia ini”. Sebaliknya, orang Yahudi mengharapkan pulihnya kebesaran kerajaan Daud, yang melakukan “peperangan Tuhan” dan melepaskan orang Israel dari penjajahan di bawah musuh-musuh kafir (bnd. Kis 1:6, dimana ternyata bahwa para murid Yesus masih belum dapat mengatasi pengharapan duniawi!).[1] Namun apa yang terdapat dalam nyanyian ini tentulah bukan atas dasar pertimbangan politik atau timbul dari sebuah nasionalisme yang berlebihan. Bagi orang Israel kebebasan politik bukanlah tujuan, tetapi adalah syarat untuk kebebasan rohaniah yang sungguh-sungguh! Orang-orang saleh di Israel mengharapkan kelepasan dan kebebasan supaya mereka dapat mengabdi kepada Tuhan dalam hidup yand ditandai oleh “kekudusan dan kebenaran”, yaitu hubungan yang benar dengan Allah dan dengan sesama manusia.[2]
Zakharia memuliakan Tuhan bukan tanpa alasan. Ketika ia memuji Tuhan ia langsung menghubungkan puji-pujiannya itu dengan alasan pujian yang ia naikkan. Alasan pertama karena Allah adalah ALLAH YANG MELAWAT dan yang kedua adalah ALLAH YANG MEMBAWA KELEPASAN.
ALLAH YANG MELAWAT
Kata melawat dalam bahasa Gerika adalah ‘episkeptomai’ yang berarti lebih dari sekedar Allah mendatangi atau melihat umat manusia tetapi untuk memastikan apakah manusia dalam keadaan yang baik atau bermasalah, kemudian kata ini juga bernuansa bila manusia sedang bermasalah maka Allah dengan kata tersebut ingin mengetahui apa yang terbaik yang Ia harus lakukan bagi kebaikan manusia. Dalam hal ini kata ini sesungguhnya mengarahkan pada maksud soteriologis atau dengan kata lain melawat berarti mengunjungi untuk menyelamatkan atau memberi pertolongan kepada umat-Nya.
Proses pelawatan ini sudah terjadi sejak Eden, ketika Allah mendatangi Adam dengan pertanyaan: “dimanakah Engkau?” (Kejadian 3). Namun proses pelawatan ini berlangsung terus dan menyeberangi lintasan abad. Allah memakai cara itu juga ketika mendatangi Israel yang terjajah Mesir di zaman Eksodus[3].
ALLAH YANG MEMBAWA KELEPASAN
Kata ‘membawa kelepasan’ dapat diterjemahkan menjadi sebuah kata kerja yang diikuti oleh obyek, yaitu ‘melepaskan mereka’ atau ‘membebaskan mereka’. Kebebasan yang dimaksud termasuk kebebasan dari penjajahan (pada waktu itu, oleh orang/bangsa lain yaitu Romawi), tetapi mungkin pula ini meliputi kebebasan dari perbuatan-perbuatan yang jahat serta akibat-akibatnya.[4] Bagian ini selanjutnya dihubungkan dengan kata-kata “Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi” yang adalah sebuah kiasan yang sering dipergunakan dalam Perjanjian Lama (1 Sam 2:10; 2 Sam 22:3; Maz 75:5). Tanduk yang dimaksud di sini ialah tanduk binatang yang kuat, misalnya sapi, yang melambangkan kekuatan atau keperkasaan. Kalau dalam bahasa sasaran ‘tanduk’ tidak dikenal sebagai lambing kekuatan, maka lebih baik diterjemahkan artinya saja, seperti dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini ‘penyelamat yang perkasa’. Bagi manusia modern tentunya tidak berarti khusus bagi orang Israel saja, tetapi “bagi semua manusia”[5].
[1] B. J. Boland, Tafsiran Alkitab: Injil Lukas (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1969), 42.
[2] Ibid.
[3] Keluaran 2:24-25: Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.
[4] M. K. Sembiring (ed.), Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas (Jakarta: LAI, 2005), 48.
[5] Ibid., 49.
Daniel Zacharias
education from womb to tomb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar