23 Desember 2008

Allah Yang Menepati Janji

Lukas 1:72-75
1:72 untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus,
1:73 yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita,
1:74 supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut,
1:75 dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita.


Allah adalah pribadi yang senantiasa membuat perjanjian dan kemudian menepati janji. Allah yang membuat perjanjian di dalam perikop ini sebenarnya bukan baru muncul pada ayat 72 tetapi sebenarnya telah muncul pada ayat 70 dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini (BIS).

Dalam Terjemahan Baru tertulis:
-- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus --
Dalam Terjemahan Lama tertulis”
seperti yang difirmankan-Nya dengan lidah segala nabi-Nya yang kudus, daripada permulaan dunia,
Dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari:
Dahulu kala melalui nabi-nabi pilihan-Nya, Tuhan telah memberi janji-Nya

Secara tersirat kata ‘janji’ di BIS terdapat di dalam kata ‘telah difirmkankan-Nya’ (TB) dan ‘difirmankan-Nya’ (TL). Artinya perkataan Tuhan buat para nabi di zaman dahulu kala telah masuk ke dalam kategori janji yang bersifat profetik-soteriologis. Nabi adalah orang yang menyampaikan pesan-pesan (firman) dari Allah kepada orang atau bangsa tertentu atas perintah Allah sendiri. Kata ‘kudus’ menyiratkan bahwa mereka adalah orang-orang yang hidup atau bekerja khusus untuk (kepentingan/melayani) Allah, dan tentu saja atas kehendak dan kemauan Allah sendiri.

Allah yang berjanji, bahkan yang telah bersumpah, dapat berarti:

Allah adalah pribadi yang memiliki rencana yang baik bagi umat-Nya.
Allah bukanlah pribadi yang berjanji tanpa alasan. Janji-janji Tuhan senantiasa membawa kebaikan buat manusia. Dengan berjanji Allah tidak saja menunjukkan kepedulian-Nya tetapi niat-Nya yang mulia. Memang janji tidak langsung saat itu juga ditepati (berdasarkan waktu Allah sendiri) namun hal itu tidak berarti bahwa Allah berubah rencana. Allah yang berencana adalah Allah yang dengan matang mempertimbangkan segala sesuatunya berdasarkan mekanisme yang ada ada dalam diri Allah sendiri yaitu: Mahatahu dan Mahakuasa. Nubuat Allah di dalam PL memang tidak selamanya berisi penyelamatan tetapi juga terkadang berisi kecaman dan pembinasaan. Namun dibalik semua ekpresi itu tetap terkandung maksud Allah yang baik. Allah menyatakan maksud-Nya bukan untuk menghukum tetapi semata agar manusia menjadi sadar.

Allah adalah pribadi yang berkuasa mewujudkan rencana-Nya.
Kemahakuasaan dan kemahatahuan Allah yang membuat Allah sangat mungkin sanggup untuk mewujudkan rencana-Nya sendiri. Bagi gereja masa kini, melihat berulangkali Allah telah berjanji dan berulangkali menggenapinya, maka tidak ada keraguan bagi kita untuk mempercayai Pribadi yang tidak hanya sanggup berjanji tetapi juga sanggup untuk menepatinya.

Allah adalah pribadi yang setia menggenapi janji-Nya sendiri.
Allah tidak saja Mahakuasa dan Mahatahu tetapi Ia juga adalah Allah yang setia. Kesetiaan Allah yang menyatakan perjanjian-Nya sejak ribuan tahun lalu (zaman Abraham dan selanjutnya) benar-benar teruji. Tak ada satupun kata-kata Allah dalam Perjanjian Lama yang tidak digenapi-Nya di dalam Perjanjian Baru. Gereja modern sepatutnya memiliki sebuah pengharapan yang tidak saja memuja otoritas dan kekuatan Tuhan tetapi juga karakter kesetiaan Allah yang membuat semua janji-Nya semakin diyakini pasti tergenapi.

Tujuan dari janji tersebut adalah: KITA TERLEPAS DARI TANGAN MUSUH[1] dan KITA BERIBADAH KEPADANYA TANPA TAKUT[2]. Musuh yang ada dalam konteks ini tidak selamanya diterjemahkan pada pengertian politis tetapi justru diarahkan pada maksud kedatangan Kristus sendiri untuk mengalahkan kuasa kegelapan dan maut dalam pengertian penggenapan seutuhnya. Sedangkan beribadah kepada Tuhan dalam hal ini tidak diterjemahkan secara sempit dalam sebuah pengertian liturgis tetapi lebih pada sebuah relasi yang semakin hari secara kuantitas dan kualitasnya makin menguat.

[1] Kisah Para Rasul 26:18: “untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan”.
[2] Ibrani 4:16: “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”.


Daniel Zacharias
education from womb to tomb

Tidak ada komentar: