24 November 2008

Ragi Orang Farisi

Matius 16:6:
Yesus berkata kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."

Matius 16:11:
“Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.”

Markus 8:15:
“Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.”


Peringatan Yesus tentang “ragi orang Farisi” tentunya sekalipun memiliki makna simbolik tetapi tetap mencerminkan pengertian “adanya pengaruh” yang buruk dari orang Farisi.

Ragi orang Farisi itu antara lain:
  • Mereka paling getol berbicara tentang kekudusan. Sayangnya kekudusan mereka adalah kekudusan lahiriah belaka dan tidak menyangkut hal yang batiniah.
  • Mereka paling getol berbicara tentang keistimewaan kedudukan mereka. Mereka adalah umat pilihan Allah dan yang lain adalah kafir. Keistimewaan kedudukan mereka tidak dilihat dengan positif tetapi dengan mata sombong. Pada akhirnya keistimewaan kedudukan mereka tidak jadi berkat buat bangsa lain malah menjadi sandungan. Bukan itu saja mereka juga seringkali merasa lebih baik dari pemungut cukai dan pelacur, sehingga doa mereka di Bait Allah akan terasa superior dengan mengatakan: "dan kami tidak seperti orang itu".
  • Mereka paling getol berbicara tentang apa kata Kitab Suci menurut pandangan mereka bukan menurut pandangan Tuhan. Berulang kali Yesus membantah cara penafsiran mereka baik soal Taurat termasuk hal-hal praksis sehari-hari. Kisah Yesus menyembuhkan orang lumpuh pada hari Sabat menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti firman Allah atau dengan kata lain mereka menerjemahkannya menurut pengertian mereka sendiri.
  • Mereka paling getol menghubungkan hal-hal keseharian dengan hal-hal rohani tanpa hikmat. Bayangkan soal mencuci tangan sebelum makan saja jadi soal yang berkepanjangan. Bisa jadi hal-hal itu jadi muncul sekarang ini baik soal makanan, soal pakaian, soal jenggot, soal hamba Tuhan tidak boleh berkumis, soal sembahyang pakai tudung, soal gereja hari apa.
  • Mereka paling getol menunjukkan (memamerkan) praktek-praktek rohani. Orang yang berdoa di dalam Bait Suci menunjukkan prestasi rohaninya, orang-orang yang berdoa di pinggir jalan, berdoa dengan tali sembahyang yang panjang, juga memberi sedekah dengan munafik, berpuasa dengan munafik, adalah sesuatu yang sedang ditunjukkan agar orang melihat dan memuji perbuatan mereka. Menurut Yesus, “Sesungguhnya mereka telah menerima upahnya”.
  • Mereka paling getol menunjukkan dosa dan kesalahan orang. Berulang kali orang Farisi tidak memulihkan orang tetapi menuding orang, mencari-cari kesalahan orang, menjebak orang agar orang bisa dikalahkannya. Itulah yang Yesus katakan kalau mereka bisa melihat ada selumbar di mata orang sedangkan balok di mata mereka sendiri tidak mereka lihat. Kita juga begitu pandai mengkoreksi orang tetapi sulit mengkoreksi diri sendiri.
  • Mereka paling getol menghakimi dan menghukum orang ketimbang mengampuni dan mendoakan orang yang bersalah. Agama mereka tidak cukup mencintai karena hanya habis untuk menghukum dan merajam orang dengan batu. Benarlah apa kata pepatah: Agama kita tidak cukup untuk mengasihi dan memperdulikan orang lain karena telah habis kita serap untuk mengurusi kebencian dan sumpah serapah kutukan.
  • Mereka paling getol menunjukkan kefanatikan mereka. Kebencian mereka terhadap orang dunia membuat mereka tidak pernah bisa memenangkannya tetapi malah semakin menyakitinya. Mereka selalu menghindar dari kerumunan orang-orang yang dianggap orang berdosa. Mungkin kalau di zaman sekarang inilah gambaran dari gereja yang salah tolak: harusnya dosa orang tetapi kadang-kadang terbuang bersama orang-orangnya.
Saya berdoa agar ragi itu tidak terus-menerus ada dalam diri saya dan gereja Tuhan.

Daniel Zacharias
~education from womb to tomb~

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Eh, sampai saat ini saya belum pernah kagum sama tokoh agama yang terjun ke politik.

Salah ndak ya pak saya jika hal-hal seperti itu mengingatkan saya kepada orang Farisi dan negara sekuler sepertinya lebih menarik daripada negara agama?