I Tawarikh 15:1-29 dan II Samuel 6:20-23
Bila seseorang melakukan kesalahan di hadapan Allah lalu sadar dan kemudian mengubah tindakannya adakah orang tersebut berkenan kepada Allah atau selamanya tetap dianggap gagal? Bagaimana bila karena keteledorannya karena melanggar firman Allah kemudian orang lain menjadi korban akankah ia tetap diampuni Allah?
Mari kita belajar dari Daud:
Daud melakukan koreksi
Pembacaan kita hari berbeda dengan dua bahan sebelumnya yang senantiasa menyoroti kesalahan dan penyebab kesalahan Daud. Kali ini kita melihat teladan yang Daud berikan. Daud mengoreksi dirinya. Daud membuat hatinya taat kepada Allah.
Tiga bulan adalah waktu yang cukup lama membiarkan tabut perjanjian ada di rumah Obed-Edom. Hasil yang ia dengar tentang keluarga Obed-Edom selalu positif. Keinginan Daud yang selama ini belum tercapai membuatnya senantiasa mencari jalan keluar. Diam-diam Daud berkata dalam hatinya,"Aku ingn tabut Tuhan ada di Yerusalem, di sini. Tetapi Obed-Edom yang menjaganya di sana. Apa yang salah? Obed-Edom sedang menikmati kehidupan yang baik. Ia memperoleh segala berkat!". Daud adalah orang yang pantang menyerah dan mau dikoreksi serta mau memperbaiki diri.
Setelah tiga bulan menganalisis apa yang salah dalam dirinya maka Daud pun bersedia memperbaiki diri dan kembali berencana untuk membawa tabut perjanjian ke Yerusalem. Dalam kisah membawa tabut ini ada beberapa pihak yang menggambarkan bagaimana mereka menaati Allah dan bagaimana mereka yang tidak menaati Allah.
Daud, pribadi yang menaati Allah
Kesalahan Daud dulu adalah tidak membawa orang Lewi, tidak menanyakan kehendak Allah, dan membiarkan orang sembarangan menyentuh tabut. Tetapi sekarang lihatlah apa yang dilakukan Daud: "Janganlah ada yang mengangkat tabut Allah selain dari orang Lewi, sebab merekalah yang dipilih TUHAN untuk mengangkat tabut TUHAN dan untuk menyelenggarakannya sampai selama-lamanya." (ayat 2). Daud sudah mengoreksi dirinya. Lalu
apa yang dilkatakan Daud selanjutnya: "Hai kamu ini, para kepala puak dari orang Lewi, kuduskanlah dirimu, kamu ini dan saudara-saudara sepuakmu, supaya kamu mengangkut tabut TUHAN, Allah Israel, ke tempat yang telah kusiapkan untuk itu. Sebab oleh karena pada pertama kali kamu tidak hadir, maka TUHAN, Allah kita, telah menyambar di tengah-tengah kita, sebab kita tidak meminta petunjuk-Nya seperti seharusnya." Jadi para imam dan orang-orang Lewi menguduskan dirinya untuk mengangkut tabut TUHAN, Allah Israel (ayat 12-14). Sekali lagi Daud mengoreksi perbuatannya di masa lampau dan memperbaiki dengan cara yang tepat dan berkenan kepada Allah. Daud lebih suka taat dan mengaku salah kepada Allah daripada bertahan di dalam kekerasan hati. Mungkin Daud harus menanggung malu atas apa yang pernah dilakukannya di hadapan bangsanya adalah sebuah kekeliruan yang mendatangkan korban. Tetapi ia lebih baik memperbaiki diri sendiri daripada mempertahankan harga diri. Ternyata tak seorang pun yang menganggap koreksi Daud atas dirinya sendiri adalah hal yang memalukan.
Apa yang dilakukan selanjutnya oleh Daud: Kemudian bani Lewi mengangkat tabut Allah itu dengan gandar pengusung di atas bahu mereka, seperti yang diperintahkan Musa, sesuai dengan firman TUHAN. Daud memerintahkan para kepala orang Lewi itu, supaya mereka menyuruh berdiri saudara-saudara sepuak mereka, yakni para penyanyi, dengan membawa alat-alat musik seperti gambus, kecapi dan ceracap, untuk mem-perdengarkan dengan nyaring lagu-lagu gembira (15-16), menunjukkan Daud sekalipun sudah pernah melakukan kesalahan tidak berarti ia larut dalam kesalahan itu sebaliknya ia belajar dan memperbaiki apa yang pernah ia rusak dan Allah berkenan atas hal tersebut. Daud belajar untuk memiliki hati yang taat kepada Allah.
Tatkala Daud mengerjakan pekerjaan Tuhan ada beberapa teladan yang mencerminkan ketaatannya:
· Ia memuji Tuhan (ayat 16)
· Ia memilih orang yang dipilih Tuhan (ayat 2)
· Ia melakukan apa yang diminta Tuhan (ayat 2, 12-15)
· Ia memilih orang profesional di bidangnya (ayat 22)
· Ia tidak bersungut tetapi bersuka cita (ayat 25)
· Ia mempersembahkan korban (ayat 26)
· Ia memakai jubah yang terbaik (ayat 27)
· Ia menari bagi Tuhan karena sukacita (II Sam 6:16)
· Ia merendahkan dirinya di hadapan Allah (II Sam 21-22)
Daftar ini tidak sama sekali menunjukkan prestasi rohani Daud tetapi menunjukkan bahwa Daud bersungguh hati kepada Allah sekalipun ia pernah melakukan kesalahan.
Mikhal, pribadi yang melecehkan orang pilihan Allah
Hanya satu orang yang tidak bersukacita ketika tabut Allah memasuki Yerusalem yaitu istri Daud sendiri. Tarian dan ketelanjangan Daud dilihat dengan kacamata "apa kata manusia" bukan dengan kacamata "apa kata Allah". Kegirangan dan keteraruan Daud yang tercurah tidak pernah dipahami oleh Mikhal. Sebagai isteri harusnya dia tahu kegelisahan yang ada dalam hati Daud selama kurang lebih 3 bulan, dan seharusnya dia turut senang dan menari tatkala ia melihat suaminya berhasil membawa tabut itu. Seharusnya ia juga terharu karena menyaksikan Allah memakai suaminya. Ia juga seharusnya turut merendahkan diri tatkala suaminya merendahkan diri di hadapan Allah. Intinya, Mikhal memang tidak pernah tahu apa arti tabut Allah, sehingga ia tidak peduli. Ia hanya peduli kedudukan dan kehormatan suami tetapi tidak pada kemuliaan Tuhan. Tatkala Daud merendahkan diri di hadapan Allah dan ia melecehkannya, itu berarti ia sedang tidak melecehkan suaminya tetapi Allahnya. Daud tidak tersinggung tetapi Allah murka sehingga ia menutup kandungan Mikhal sampai ia meninggal.
Apa Maknanya Bagi Kita?
Gereja membutuhkan orang-orang seperti Daud, yang taat dan bekerja sepenuh hati, tepat seperti yang Ia minta. Daud tidak menjadikan kesalahan masa lampaunya sebagai halangan untuk menyenangkan hati Allah. Di mata Allah tidak ada yang lebih berharga dari orang yang menyadari diri, berbalik, dan memperbaiki kesalahannya. Allah berkenan kepada orang yang rendah hati di hadapan-Nya, karena orang seperti inilah yang menyenangkan hati-Nya.
Daniel Zacharias
education from womb to tomb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar