25 Maret 2008

Merenungkan Mazmur 23

23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

TUHAN ADALAH GEMBALAKU TAKKAN KEKURANGAN AKU. Pertanyaan kritis yang datang kepada kita adalah bukan mengapa saya selalu kekurangan, tetapi apakah Allah sudah menjadi gembala kita. Gembala berarti dia yang berotoritas menuntun kita dan kita membiarkan dirinya menuntun kita. Penyerahan kita menunjukkan bagaimana kita membiarkan kedaulatan Allah yang mengatur langkah dan arah hidup kita dan bukan diri kita sendiri.

Ketika Ia menjadi Gembala berarti Ia punya rencana bagi perjalanan hidup kita dan Ia menjamin bahwa bersama Dia rute seperti apapun bukan halangan bagi-Nya untuk menuntun kita.

23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;

Jaminan perlindungan ditunjukkan melalui kata ‘membaringkan’ dan ‘membimbing ke air yang tenang’.

Disamping perlindungan juga apa yang disediakan bagi kita adalah sesuatu yang benar-benar luar biasa dalam ukuran-Nya. Rumput adalah rumput yang hijau yang benar-benar menunjukkan bahwa Allah mengerjakan yang paling baik. Air yang tenang adalah air yang tidak member ancaman tetapi justru menjawab kebutuhan.

23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Dampak dari ayat 2 adalah kesegaran jiwa.

Tuntunannya bukan saja dengan mengandalkan kekuatan-Nya tetapi arah yang benar adalah juga jaminan yang Ia berikan. Nama Allah mengandung janji dan kesetiaan serta kekuasaan untuk menggenapinya.

23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

Jalan yang benar sering digoda oleh Iblis dengan berbagai tantangan agar kita mempersalahkan Allah mengapa Ia membawa kita ke jalan ini. Tetapi Allah mengijinkan hal itu sebagaimana Ia menuntun Anak-Nya sendiri ke padang gurun untuk dicobai (Mat 4). Tetapi hal itu semata-mata bukan untuk menghancurkan hidupku tetapi lewat cara itu aku akan melihat:
a. Gada dan tongkat itu Ia miliki.
b. Gada dan tongkat yang Ia miliki sungguh berfungsi melindungi aku.

Tanpa kesulitan maka aku tidak akan pernah melihat gada dan tongkat. Gada dan tongkat bisa bermakna banyak:
1. Bisa berarti kuasa.
2. Bisa berarti firman Allah.
3. Bisa berarti janji.
4. Bisa berarti pertolongan.

23:5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.

Ternyata ketenangan yang diberikan Tuhan bukanlah pada saat aku berada di padang yang berumput hijau dan air yang tenang tetapi juga pada saat di hadapan lawan-lawanku. Bahkan lawan-lawan sendiri tidak mampu berbuat apa-apa ketika Allah menjamu aku. Menjamu berarti ketika Allah berurusan secara pribadi dengan kita dan kita berada dalam perlindungan-Nya maka Iblis hanya akan menatap tetapi ia tidak bisa menjamah kita.

Perkenanan-Nya ditunjukkan melalui pengurapan-Nya sehingga aku menjadi orang pilihan-Nya, pejuang-Nya, sehingga itulah yang menjadikan aku selalu bersyukur dengan mengangkat piala yang selalu penuh melimpah.

23:6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Kebajikan dan kemurahan bagi banyak orang adalah hal yang dikejar tetapi bagi orang yang berada dalam perkenanan Tuhan maka kebajikan dan kemurahanlah yang mengikutinya bahkan seumur hidup orang tersebut. Keseumuran hidup bukanlah sekali untuk selamanya tetapi sebuah perbuatan kontinuitas yang menjamin hasil yang sinambung pula. Sebab yang kontinu menghasilkan hasil yang kontinu.

Berdiam dalam rumah Tuhan berarti Coram Deo (hidup di hadapan hadirat Allah). Diam dalam rumah Tuhan dalam perspektif I Korintus artinya mendiami diri dimana diri kita melalui tubuh ini adalah rumah Tuhan itu sendiri secara teologis.

Daniel Zacharias

Tidak ada komentar: