18 Februari 2008

Membaca Arah Zaman (1)

II Timotius 3:1-9

Kearah mana sejarah manusia sedang berjalan? Kepada kondisi macam apakah peradaban manusia sedang mengarah? Kepada kerohanian macam apakah kekristenan sedang melangkah? Menanyakan hal-hal tersebut sama artinya kita sedang berusaha memetakan perjalanan arah sejarah kehidupan manusia. Orang Kristen yang tidak mau atau bahkan tidak mampu membaca arah zaman pasti akan digilas oleh zaman atau malah menjadi korban keganasan zaman. Orang tersebut dengan mudah dipengaruhi, diarahkan, dibentuk, diubah, dan pada akhirnya digeser oleh zaman. Sedangkan orang Kristen yang mau dan mampu membaca arah zaman akan mawas diri sehingga ia tidak membiarkan dirinya dengan mudah dipengaruhi, diarahkan, dibentuk, diubah, apalagi digeser oleh zaman. Senada dengan itu Kristus pernah mengatakan:

Matius 16:2-3
2 Tetapi jawab Yesus: "Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, 3 dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak.

Perkataan Kristus tersebut rupanya meminta kita benar-benar belajar untuk membaca tanda-tanda zaman yang jika Ia sandingkan dengan membaca cuaca ada semacam kemiripannya. Tentu yang dibaca adalah gejala-gejala yang mengarah kepada berbagai kemungkinan yang jauh lebih kena. Membaca gejala awal dari sebuah cuaca akan membantu kita melihat kejadian apa yang paling mungkin terjadi pada hari tersebut, demikian pula dengan membaca gaya hidup dan gaya pikir manusia di zaman sekarang ini kita dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, apalagi Alkitab turut memberikan gambaran awal dari keadaan tersebut.

II Timotius 3:1
1 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.

Rasul Paulus menyatakan kepada kita bahwa kita sedang menuju “masa yang sukar”(Yun. Karioi Khalepoi) pada hari-hari terakhir (Yun. Eskhatais hemerais). Kalau Paulus masih hidup mungkin di mimbar-mimbar gereja ia akan mengatakan, “camkanlah orang Kristen, zaman ini akan semakin sulit untuk saudara jalani”. Kesukaran yang dinubuatkan Paulus bukan terletak pada perubahan iklim, alam, ekonomi, atau politik global walau hal tersebut juga memang menyulitkan manusia kontemporer. Nubuat tersebut lebih difokuskan kepada sifat dan sikap manusia yang cenderung semakin: EGOIS (berpusat pada diri sendiri), MATERIALIS (berpusat pada kekayaan), dan HEDONIS (berpusat pada kenikmatan dan kebahagiaan duniawi). Paulus dalam tulisannya kepada Timotius mengatakan:

II Timotius 3:2
2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
3 tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
4 suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.


Sifat EGOIS tampak ketika Paulus mengatakan “manusia akan mencintai dirinya sendiri” (ayat 2) atau tepatnya menjadi pencinta diri (Yun. Philautos). Juga sifat MATERIALIS “hamba uang” (ayat 2) atau tepatnya menjadi “pencinta harta atau uang” (Yun. Philarguros). Sedangkan HEDONIS digambarkan Paulus dalam ayat 4: “lebih menuruti hawa nafsu” atau tepatnya “pencinta nafsu” (Yun. Philedonos) lebih daripada “menuruti Allah” atau tepatnya “pencinta Allah atau orang yang mengasihi Allah” (Yun. Philoteos). Menarik untuk kita simak kembali bagaimana Paulus disini memainkan kata "pencinta" untuk beberapa sebutan.

Tiga kondisi dasar manusia inilah yang berkembang dalam perilaku-perilaku negatif lainnya. Dalam pembahasan selanjutnya akan diterangkan perilaku-perilaku tersebut satu-persatu.

Waktu renungan ini ditulis saya baru saja menyaksikan tayangan berita dari Metro TV tentang aliran Dana Bank Indonesia sebesar Rp 100 miliar yang dipergunakan secara tidak sah dengan menggunakan istilah-istilah teknis (desimnasi, sosialisasi, dana bantuan hukum) untuk mengaburkan makna korupsi menjadi seolah sebuah pengeluaran resmi karena sudah dibicarakan secara resmi oleh para pejabat di lingkungan Bank Indonesia. Dan aliran dana yang sudah mengalir dari tahun 2003 tersebut sudah melibatkan beberapa pejabat di lingkungan BI, anggota DPR, para penasihat hukum, bahkan para jaksa penyidik!

Berita tersebut mengandung unsur-unsur yang disebutkan Alkitab mereka melakukan hal-hal tersebut karena ada kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan (egosentris), dan memakan atau mengorupsi biaya yang tidak kecil (materialis), karena dorongan-dorongan ketidakpuasan materialisme pribadi dan kelompok untuk lebih memperoleh keinginan-keinginan lebih lainnya (hedonis).

Mari kita sendiri tidak mengarahkan telunjuk kepada mereka tetapi juga mengarahkan kepada diri kita sendiri dalam menilai apakah kita sendiri sudah belajar untuk menghadapi dan mengatasi ketiga hal tersebut dengan iman dan tindakan yang bijaksana?

Daniel Zacharias
dapetza@cbn.net.id

Tidak ada komentar: