05 Februari 2008

Global Warming: Global Warning!!!

Alam memang memiliki hukumnya sendiri. Sekalipun manusia memiliki kekuasaan untuk mengeksplorasi (bahkan mengeksploitasi) alam, tetapi itu tidak berarti bahwa manusialah yang mengatur hukum alam. Hukum alam bahkan tidak mengikuti hukum manusia. Alam punya hukum yang disebut keseimbangan. Keseimbangan yang terganggu maka dampaknya adalah gangguan pada alam, dan selanjutnya tidak dapat kita bayangkan apa akibatnya pada manusia.

Bila melihat mendengar dan membaca berbagai laporan tentang penipisan lapisan ozon maka rasanya bulu kuduk ini bisa bergidik. Mengapa? Karena hanya hitungan tak lebih dari 25 tahun maka kondisi bumi ini akan semakin memanas dan tak tahulah awak yang bakal terjadi. Tetapi kita harus ingat bahwa penipisan ozon itu sangat bergantung pada aktivitas manusia yang sudah terlanjur hidup bergantung pada teknologi yang boros energi dan tidak ramah lingkungan. Sulit sekali mengendalikan kendaraan yang memiliki emisi yang ramah lingkungan. Hampir lebih banyak kendaraan diatur lebih kepada kenyamanan berkendara dan kecepatan yang lebih prima. Tidak sedikit angkutan-angkutan kota yang berasap hitam dan pedih di mata masih berseliweran dengan bebas padahal racun timbal sudah ditebar ratusan bahkan ribuan kilometer setiap harinya dari berbagai kendaraan yang tidak lulus uji emisinya.

Belum lagi pembalakan liar yang sama sekali tidak peduli pada kelestarian lingkungan. Berbagai peristiwa longsor di berbagai tempat di negeri ini memberi sinyal kepada kita bahwa itulah akibatnya bila keseimbangan alam dirusak secara tidak bertanggung jawab.

Banjir di Jakarta bukan semata membangun dam dan mempersalahkan pemerintah karena lambat menangani soal banjir. Bagi saya soalnya bukan itu, sebaiknya jangan menggeser isu yang sebenarnya:
a. Hampir kebanyakan banjir di Jakarta terjadi karena saluran air dari jalan raya tidak tahu harus lari kemana. Air selalu mencari tempat rendah, dan bila yang paling rendah adalah jalan itu sendiri, maka ia akan menggenangi jalan tersebut sehingga jalanan berubah fungsi menjadi "empang elit". Para perancang bangunan kurang memiliki perhitungan yang matang terkait dengan dampak lingkungan terlebih bila musim hujan.
b. Beberapa masyarakat juga kewalahan menangani air yang terhambat karena perbuatan masyarakat yang belum peduli terhadap kebersihan. Kali dan sungai masih dianggap sebagai "tempat sampah berjalan". Ketidakpedulian warga terhadap hal ini turut menyumbang peristiwa banjir di Jakarta.
c. Daerah resapan air berubah menjadi lahan bisnis yang nyaris tandus. Lihat saja ada banyak sekali mal di Jakarta ini, mari kita hitung:
1. Di Jakarta Pusat ada Atrium Senen dan Kemayoran City.
2. Di Jakarta Timur ada Pulo Gadung Trade Centre, Cibubur Junction.
3. Di Jakarta Utara ada Mal Kelapa Gading, Mal Artha Gading, Megamall Pluit, Sunter Mall, WTC, Mall Mangga Dua.
4. Di Jakarta Selatan ada Cilandak Town Square, Pondok Indah Mall 1 dan 2, Senayan City, Plaza Senayan, Senayan Trade Centre, Mall Semanggi, Poins Square.
5. Di Jakarta Barat ada Mall Taman Anggrek, Citraland, Mall Puri Indah,
belum lagi berbagai pembangunan apartemen-apartemen yang melahap habis daerah resapan air.
d. Bertumpuknya semua kegiatan di Jakarta tanpa adanya pemerataan pembangunan di pelosok negeri ini membuat wajah Jakarta menjadi ruwet, macet, polusi terparah, kumuh, dan semrawut. Kota Jakarta tidak ramah lingkungan. Memang ada paru-paru kota seperti di Monas dan di Senayan, juga di perempatan Lebak Bulus, dan di depan Pengadilan Negeri Jakarta Utara, tetapi hal itu tidak seimbang dengan apa yang sudah menjadi polusi besar-besaran di kota ini.
e. Belum lagi pemakaian bahan plastik dan karet yang benar-benar sulit dihindari bahkan sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa lepas dari "tas kresek" tersebut.

Menyaksikan semua ini membuat saya teringat akan nas Alkitab dalam Markus 16:15: Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk". Hal ini tidak dimaksudkan bahwa kita mengkotbahkan hewan dan tumbuhan. Tetapi maksudnya adalah bahwa kehadiran manusia bukan hanya membawa kabar dan tindakan sukacita buat sesamanya tetapi juga buat alam. Kristus menebus manusia dari dosanya, dan alam turut ditebus dari semua kerakusan manusia. Mahluk hidup di dunia perlu menerima shalom Allah dalam pengertian dan perilaku yang berbeda. Kehadiran manusia yang melestarikan dan menjaga keseimbangan alam akan memberikan angin sejuk "kabar baik" bagi lingkungan, namun sebaliknya kedatangan manusia yang dikuasai kerakusan dan keserakahan akan menghembus angin ketandusan padang gurun yang menyengat dan membawa kabar buruk serta kehancuran. Pekabaran Injil harus dipahami holistik. Pekabaran Injil bukan sekedar memberitakan peristiwa penyelamatan rohani, tetapi juga merupakan penyelamatan dunia dari kerakusan manusia.

Earth Summit di Rio de Janeiro beberapa belas tahun lalu melahirkan semboyan: "Think Globaly, Act Locally", mengingatkan kita beberap hal:
a. Berpikir global berarti paradigmanya bukan sekedar berada di dalam pagar rumah tetapi mencakup kepentingan dunia dan bersama. Pemanasan Global bisa jadi adalah Peringatan Global!
b. Bertindak lokal menunjukkan bahwa kita tidak bisa sekaligus menangani semua persoalan global tanpa masing-masing kita membangun kesadaran dan bertanggung jawab di atas konteks lokal masing-masing. Tanamlah pohon di rumah, di lingkungan gereja, di sekolah. Juga tempat-tempat perbelanjaan hendaknya menanami lingkungannya.

Kelihatannya kita sebagai orang percaya benar-benar harus ikut terlibat untuk memikirkan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan kita. Penebusan Kristus yang menjadi pemberitaan kita harus menjangkau bukan hanya roh kita tetapi juga terhadap lingkungan dimana hidung kita menarik nafas dengan lapang, terhadap terhadap kicauan burung dan jengkerik yang kita dengar, terhadap "ijo royo" yang kita tatap dari lambaian daun-daun pepohonan.

Menghindari pemanasan global memang sulit, tetapi mengantisipasi dan memperlambatnya masih merupakan tanggung jawab manusia. Waspadailah karena Pemanasan Global bisa jadi adalah Peringatan Global.

Daniel Zacharias

Tidak ada komentar: