Setelah Musa berdialog intim dengan Allah maka ia harus dikejutkan dengan perbuatan keji bangsanya. Mereka bersepakat untuk menyembah berhala berupa anak lembu emas (Kel 32). Akibat dari perbuatan Israel maka Allah berkata:
"1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau dan bangsa itu yang telah kaupimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang telah Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu --2 Aku akan mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu dan akan menghalau orang Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus --3 yakni ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu. Sebab Aku tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, karena engkau ini bangsa yang tegar tengkuk, supaya Aku jangan membinasakan engkau di jalan." (Kel 33:1-3). Mungkin setelah mendengar perkataan Tuhan ini kebanyakan orang mungkin akan berkata: "OK Tuhan terima kasih, walau kami sudah berdosa, Engkau tetap mengampuni dan tetap membiarkan kami untuk pergi ke tanah yang berlimpah susu dan madu, walau Engkau sendiri tak lagi menyertai kami lagi secara langsung". Hampir kebanyakan orang akan bereaksi seperti ini, "Tuhan gak ngikut gak apa-apa yang penting berkatnya tetep kita terima". Memang terkadang manusia lebih mementingkan berkat-Nya daripada diri-Nya.
Namun kalau kita lihat sikap Musa kita semua akan terperangah dan mengaguminya. Karena ia justru tidak bertidak tidak seperti kebanyakan orang yang percaya Tuhan tetapi dikuasai Mamon. Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini" (33:15). Bagi Musa lebih baik kehilangan berkat daripada kehilangan penyertaan Tuhan. Bagi Musa lebih baik tidak masuk tanah Kanaan yang berlimpah susu dan madu daripada Allah tidak menyertai dirinya dan bangsanya. Bagi Musa hubungan dengan Allah jauh lebih bernilai ketimbang berkat-berkat yang sekalipun datang dari Allah sendiri.
Perenungan ini mengingatkan kita bahwa tidak sedikit kita lebih suka mengorbankan hubungannya dengan Allah daripada mengorbankan berkat dan keuntungan-keuntungan duniawi lainnya. Musa mengingatkan kita bahwa penyertaan Tuhan sebenarnya membawa kita kepada berkat itu sendiri, tetapi tidak jarang orang yang lebih peduli berkat-Nya ketimbang hati-Nya. Kalau mereka datang kepada Tuhan yang mereka cari adalah tangan-Nya bukan hati-Nya. Inilah yang seringkali menggerakan orang mencari Tuhan, bukan Tuhan tetapi berkat!
Kalau kita boleh jujur, sebenarnya berapa banyak kali kita demi keuntungan sendiri mengabaikan penyertaan Tuhan atau malah tidak mempedulikannya sama sekali? Pertanyaan ini penting untuk dijawab selama kita masih tahu diri.
Daniel Zacharias
Gambar diambil dari:
http://chervokas.typepad.com/photos/uncategorized/ten_commandments
Tidak ada komentar:
Posting Komentar