I Raja-raja 18:36-46
PENDAHULUAN
Dewasa ini kita hidup dalam sebuah dunia yang disebut dunia yang akan memasuki era milenium ketiga yang disebut era post-modernis. Dunia yang ditandai dengan irama, tempo, langgam kehidupan yang serba cepat. Kita dikelilingi oleh tombol-tombol elektrik yang memungkinkan kita dengan mudah dapat melakukan segala hal dengan tepat dan cepat. Istilah "fast" dan "instant" menjadi ciri khasnya sekaligus menunjukkan dinamikanya. Perhatikanlah istilah: fast food, mie instant, susu instant, cuci cetak photo instant, dll. Di sisi lain mobil-mobil yang berkecepatan ratusan km per jam telah menggantikan kaki-kaki manusia yang berjalan begitu lambat. Bahkan sudah ada pesawat yang melebihi kecepatan suara!
Di tengah-tengah pesatnya irama kehidupan seperti disebutkan di atas, agaknya dunia spiritualitas kita juga terpengaruh. Seringkali kita berdoa seperti memesan fast food: pesan…terima pesanan…bayar! Dan bila pesanan agak terlambat dilayani maka kita mulai tidak sabar, menggerutu, mengomel, sekaligus mengeritik mutu pelayanan restoran tsb.
Dunia spiritual kita hampir seperti itu. Rupa-rupanya dunia spiritual kita telah turut terpacu oleh mental serba yang cepat ini. Bila doa kita tak terjawab dengan cepat dan tidak sesuai dengan kehendak kita, maka akan timbul protes-protes kecil pada Allah, keluhan-keluhan kecil, lenguhan-lenguhan panjang, frustrasi-frustasi kecil, bahkan ada yang tak segan-segan berbalik dari Allah untuk mencari jenis pelayanan spirituil "lain" atau pelayanan spirituil "alternatif" yang dianggap dan pada kenyataannnya lebih cepat dan memuaskan mereka.
Terkadang secara realistis kita harus mengakui bahwa jawaban atas doa-doa kita datang begitu lambat dan tidak sesuai dengan harapan kita. Benarkah hal itu? Bila benar lalu apakah Allah bekerja dengan lambat? Benarkah Allah yang Mahakuasa itu bekerja perlahan-lahan? Dan seandainya benar, bagaimanakah kita mengimbanginya? Sebelum menjawab "ya" atau "tidak" untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut baiklah kita mengarahkan perhatian kita pada perpustakaan Allah baik yang tertulis dalam Alkitab selaku penyataan khusus maupun seperti yang diajukan oleh Thomas Aquinas yakni pada alam selaku penyataan umum.
Fakta dari Penyataan Khusus
Dan sebelum masuk pada pembahasan dari pembacaan kita dari kitab Raja-raja baiklah secara kronologis kita melewati beberapa peristiwa dalam kitab Pentateukh yang mencerminkan cara dan irama Allah bekerja. Dalam kitab Beresyith (Kejadian) 1:3 dikatakan: "Jadilah terang! Lalu terang itu jadi." Ayat ini menunjukkan sekaligus memberi gambaran dari cara dan irama kerja Allah yang begitu cepat. Dalam sekejap mata. Namun pada kitab "Eleh hadebarim" (Ulangan) 8:2 dikatakan: "Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kau lakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu di padang gurun selama 40 tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak." Bayangkan 40 tahun hanya untuk merendahkan hati Israel dan menguji kesetiaan Israel! Ayat ini menunjukkan sekaligus memberi gambaran bahwa Allah dapat saja bertindak perlahan-perlahan dalam proses edukasinya terhadap manusia.
Fakta dari Penyataan Umum
Pandanglah bahwa perjalanan matahari tidaklah cepat, matahari yang terbit membutuhkan waktu 12 jam untuk terbenam. Perkembangan fisik manusia, hewan maupun tumbuhan terlihat begitu lambat. Semua digerakan oleh tangan Allah yang ternyata dalam hal ini tidak bekerja dengan tergesa-gesa tetapi dengan perlahan tapi pasti.
Uraian Teks
Dalam bacaan kita saat ini terlihat variasi irama Allah bekerja di mana yang cepat dan lambat berpadu:
a. Saat Segala Sesuatu Berjalan Begitu Cepat
Saat itu Elia benar-benar mempertarauhkan imannya di hadapan para nabi dan penyembah Baal. Alkitab dengan jelas menunjukkan bagaimana Allah tidak mempermalukan orang yang percaya dan bergantung serta taat kepadanya. Elia berdoa (ayat 36,37), lalu Allah membuktikannya (ayat 38). Kita tidak melihat isi dari perbuatan Allah yang dahsyat itu tetapi pada iramanya. Irama Allah bekerja adalah sekejap mata. Segala sesuatu yang berlangsung saat itu benar-benar berjalan dengan begitu cepat.
b. Saat Semua Berjalan Begitu Lambat
Elia baru saja mengalami peristiwa spektakuler yang bukan saja luar biasa tetapi juga begitu cepat. Harusnya secara seragam akan mengalami lagi perbuatan Allah yang sekejap mata itu, tetapi ternyata tidak! Malah sekarang harus mengalami peristiwa yang berjalan lambat dan bertahap.
Ayat 41, menunjukkan keyakinan iman Elia. Ayat 43-44, menunjukkan bagaimana enam kali bujangnya diminta untuk naik ke atas melihat kondisi cuaca dan enam kali dijawab dengan:"Tidak ada apa-apa". Sebenarnya ada apa ini? Rupanya ayat ini dengan tegas menjelaskan bagaimana Allah terkadang memperlambat jawaban doa atau tindakan-Nya. Bujang Elia yang naik turun sampai tujuh kali itu dengan tegas menggambarkan saat segala sesuatu berjalan begitu lambat namun semua tetap akan mencapai peng-genapannya.
c. Saat Semua Berjalan Begitu Cepat
Pada ayat ke-45 menunjukkan kata "sekejap mata", yang berarti kembali menunjukkan irama kerja Allah yang kembali cepat.
Belajar dari Elia
Apa yang kita telah lihat dari kisah Elia tersebut membuktikan bahwa ada variasi irama Allah bekerja. Allah dapat saja dengan sekejap mata melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Tetapi Ia juga dapat juga bertindak secara perlahan. Orang percaya kelihatannya tak akan ada masalah bila Allah menjawab doanya dengan cepat, sehingga pada situasi di mana "saat semua berjalan cepat" tidak kita bicarakan dalam kesempatan ini. Saat semua berjalan begitu lambat memang sering menimbulkan masalah. Karena itu kita harus belajar dari Elia. Apa saja yang dimiliki Elia?
1. Milikilah Iman Klimaks
Saat Elia harus bergumul berulang-ulang kali dengan belum adanya kepastian jawaban ia tidak menjadi putus asa. Ia bertahan bukan pada angka "7" karena adanya suatu anggapan mengenai keramatnya angka 7, namun karena ia terus bertahan. Bahkan kita pasti percaya bahwa sampai ke-10 kali pun pasti ia tetap beriman pada Allah. Memang pada angka "7"-lah terletak simbol dari sebuah kesempurnaan. Dan bila dikaitkan dengan kisah Elia tersingkaplah suatu gambaran yang dikaitkan pada kesempurnaan iman dan ketekunan.
Iman Elia dalah iman klimaks dan bukan anti klimaks. Iman Elia adalah Iman yang makin ditantang tidak makin lemah tetapi justru semakin kuat dan bahkan mendesak. Hal itu tercermin dalam kata-katanya kepada bujangnya: "Naiklah ke atas dan lihatlah ke arah laut" berulang-ulang kali.
2. Ketekunan Mental Baja
Seringkali doa kita tidak bertahan lama. Sudah berdoa begitu lama namun belum terjawab. Situasi seperti ini kadang membuat orang bosan dan menjadi putus asa. Akhirnya orang tersebut mulai meninggalkan doanya dan mencari solusi sendiri. Orang percaya banyak yang beriman namun sayangnya banyak yang kurang atau bahkan tidak tekun.
Ketekunan Elia adalah ketekunan mental baja, bukan ketekunan tanah liat yang mudah hancur, bukan ketekunan plastik atau lilin yang mudah meleleh. Ketekunan Elia adalah ketekunan mental baja. Kuat dan tidak mudah goyah dan hancur oleh apa pun yang menimpanya. Orang Kristen tak hanya beriman dalam doanya, tetapi juga harus tekun. Itulah yang dimaksud dengan doa yang tak berkeputusan.
3. Kerelaan Menerima Tindakan Allah Yang Diperlambat
Kita sebenarnya harus menyadari bahwa tak selamanya Allah bertindak dengan cepat. Seorang teolog Asia, Dr. Kosuke Koyama, pernah menulis karangan dengan judul "Three Miles an Hour God" atau "Allah Yang Berkecepatan Tiga Mil Perjam". Dalam karangannya itu, Koyama, menghimbau orang percaya agar memperlambat derap langkah mereka, sebab dengan demikian mereka dapat mendengar suara Allah. Ia juga mengatakan bahwa langgam kecepatan Allah adalah langgam kecepatan kasih yang berbeda dengan kecepatan teknologis dengan mana kita telah menjadi terbiasa.
Tak selamanya pula Allah mengatakan "tidak" untuk doa-doa kita, tetapi terkadang Ia menjawab dengan kata "tunggu" dan "sabar". Leo Tolstoy seorang pengarang Rusia melihat langgam kerja Allah yang diperlambat yang kemudian ia lukiskan dalam kisah Ivan Dimitrich Aksionov-nya dalam "GOD SEES THE TRUTH, BUT WAITS TO TELL". Ia mengisahkan bagaimana Aksionov dituduh melakukan pembunuhan terhadap teman seperjalanannya. Ia difitnah oleh orang yang tidak dikenalnya. Akibatnya ia ditahan sampai berpuluh-puluh tahun. Akhirnya suatu saat tertangkaplah orang yang memfitnahnya itu karena kasus yang lain. Orang itu menceritakan kalau ia dahulu yang melakukan pembunuhan itu. Aksionov merasa pedih karena ia sudah terlalu tua sehingga ia pun tak lagi punya keinginan untuk bebas. Tolstoy dalam karyanya ini secara realistis menyadari bahwa apa yang dilihat oleh Aksionov itu sering terjadi dalam kehidupan manusia.
Saat ini bila kita sementara bergumul, mungkin kita menyadari bahwa kita berada dalam konteks "ketika semua berjalan begitu lambat" maka tahulah sekarang apa yang harus kita miliki dan kerjakan. Kita harus memiliki iman klimaks, ketekunan yang benar-benar kokoh, serta dengan rela menerima cara Allah yang bertindak dengan memperlambat segalanya.Yakinlah bahwa Allah tidak akan pernah terlalu cepat dan juga tidak pernah terlambat untuk menolong kita. Tatkala kita mengenal Allah dengan benar maka kita tidak pernah bermasalah dengan kecepatan Allah bekerja.
Daniel Zacharias
education from womb to tomb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar