20 Januari 2009

Gaya Hidup Warga Kerajaan Allah

Lukas 3:1-14

1 ¶ Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, 2 pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. 3 Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, 4 seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. 5 Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, 6 dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan." 7 Lalu ia berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: "Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang? 8 Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! 9 Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api." 10 Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?" 11 Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian." 12 Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?" 13 Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." 14 Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."

Kemurnian iman seharusnya menjadi sesuatu yang bergerak di balik tindak-tanduk orang
percaya. Mereka yang menerima Kristus berarti menerima suatu tatanan baru di dalam terang pemerintahan Allah atau Kerajaan Allah. Sepak terjang orang percaya idealnya mencerminkan gaya hidup warga Kerajaan Allah. Ucapan ini bukan sebuah kemustahilan di tengah-tengah dunia yang sementara terpuruk.

Kehadiran Yohanes Pembaptis di tengah-tengah masyarakat Yudaisme saat itu membawa berita yang mengoreksi umat kerajaan Allah yang tidak hidup dalam gaya hidup warga kerajaan Allah. Berita Yohanes Pembaptis mengoreksi kemapanan dan kebakuan rohani dan etika saat itu. Menurut Yohanes Pembaptis status umat Allah saat itu harus sepadan dengan praktek hidup sehari-hari.

Kehadirannya sebagai perintis jalan bagi kehadiran sang Mesias mensyaratkan sebuah gaya hidup baru yang mencakup antara lain:

Pertobatan
Isi pemberitaan Yohanes sebenarnya sangat sederhana tetapi menuntut sebuah komitmen yang tidak main-main yakni soal pertobatan. Pertobatan saat itu masih dipertanyakan apakah masih perlu atau tidak mengingat mereka memiliki status sebagai Anak Abraham dan Abraham adalah bapa mereka. Mereka berpikir dengan status itu mereka akan terjamin pada hari penghakiman. Anggapan semacam ini dimentahkan oleh Yohanes Pembapatis dengan mengajukan pertanyaan: “Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu supaya melarikan diri dari murka yang akan datang? (ayat 7). Selanjutnya dengan tegas ia mengatakan, “Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! “. Bagi Yohanes yang dibutuhkan sekarang adalah pertobatan bukan status. Pertobatan berarti membuka jalan bagi pekerjaan Allah menyelamatkan dunia. Pertobatan di masa Yohanes dikaitkan dengan baptisan (simbol pembasuhan dari dosa) dan pengampunan dosa (ayat 3). Bagi Yohanes penataan dunia berangkat dari penataan manusianya. Berita yang ia bawa berkenaan langsung dalam hubungan manusia dengan Allah. Bagi Yohanes urgensinya tidak dapat ditawar dan ditolak tetapi menuntut sebuah jawaban pasti dengan pembuktian yang jelas.


Menghasilkan Buah Sesuai Dengan Pertobatan
Bagi Yohanes, pertobatan, bukan sebuah hal akhir. Pertobatan senantiasa menuntut pembuktian. Ia berkata: “Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.” Ajaran Yohanes ini seperti mengawinkan teologi Paulus (diselamatkan karena iman bukan perbuatan) dengan teologi Yakobus (iman tanpa perbuatan adalah mati). Pertobatan memang sebuah langkah awal yang sangat diperlukan tetapi itu bukan segalanya karena ia harus menunjukkan terjemahannya dalam seluruh aspek kehidupan.

Ajakan Yohanes mendorong orang bertanya: “Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?”. Pertanyaan ini seolah ingin mengatakan bagaimana caranya bertobat itu dan apa yang harus kami kerjakan di dalam pertobatan itu dalam keseharian kami? Penulis Injil Lukas mencatat bagaimana menerjemahkan “menghasilkan buah sesuai dengan pertobatan” dalam keseharian masyarakat di jaman itu. Ia mengambil beberapa sampel:

  • Pertama, di tengah-tengah masyarakat majemuk Yohanes mengajak mereka untuk memiliki kesetiakawanan sosial (bnd. ayat 11.).

  • Kedua, kepada para pemungut cukai, ia berpesan agar mereka tetap boleh memungut cukai (dan itu bukan dosa) tetapi jangan lakukan pemerasan dalam pekerjaan tersebut. Yohanes bisa memilah-milah antara yang berkenan kepada Allah dan yang tidak.

  • Ketiga, kepada prajurit-prajurit, ia berpesan agar mereka tidak merampas dan memeras karena jabatan mereka, dan mencukupkan diri dengan gaji mereka.

Pesan penyelamatan Allah melalui Yohanes Pembaptis ternyata memiliki segi holistiknya. Ia tidak melulu berwajah spiritualitas dan religiositas. Ia juga berwajah sosial dan etis. Sehingga gaya hidup kerajaan Allah tidak hanya nyata dan tampak dalam tembok gereja tetapi juga di luar tembok gereja. Kalau memang kita sudah bertobat, apa sih buktinya?


Daniel Zacharias
education from womb to tomb

Tidak ada komentar: