10 November 2008

Tulisan Di Dinding London School - Bagian Satu

Tahun 2006 adalah tahun dimana saya mulai mengajar Religious Instruction di London School of Public Relation (LSPR), yang waktu itu kampus C-nya terletak di sebelah gedung Bimantara di Jl. Kebon Sirih Jakarta Pusat. Ruang dosen tempat para dosen menghabiskan jeda waktu 30 menitnya itu memang tidaklah besar di banding ruang dosen yang sekarang di Sudirman Park. Namun yang menarik bukanlah soal ruang dosennya namun pada tulisan yang tertempel di dindingnya. Ada 3 tulisan di dinding terbingkai dengan baik yang membuat saya senantiasa terinpirasi. Salah satunya yang ingin saya ketengahkan adalah berada di ruang dosen kampus C yang beberapa hari lalu saya lihat juga terpampang di ruang dosen kampus B yang berada dalam satu kompleks yang sama. Kami para dosen berulang kali membahas atau menyinggung tulisan di dinding itu secara positif dan rasanya dari berbagai keyakinan merasa tulisan itu bagai sebuah irisan di antara satu iman dengan iman lainnya.

Tulisan tersebut berjudul:

ONE DAY AT A TIME
The most useless thing to do … Worry
The greatest joy …Giving
The greatest loss … Loss of self-respect
The most satisfying work … Helping others
The ugliest personality trait … Selfishness
The most endangered species … Dedicated leaders
The greatest “shot in the arm” … Encouragement
The greatest problem to overcome … Fear
Most effective sleeping pill … Peace of mind
The most crippling failure disease … Excuses
The most powerful force in life … Love
The most dangerous pariah ... A gossiper
The world’s most incredible computer … The brain!
The worst thing to be without … Hope
The deadliest weapon … The tongue
The two most power-filled words ... “I can”
The greatest asset … Faith
The most worthless emotion … Self pity
The most prized possession … Integrity
The most beautiful attire … A SMILE!
The most powerful channel of communication … Prayer
The most contagious spirit … Enthusiasm
The most important thing in life … GOD

Ingin rasanya menguraikan satu persatu ... coba saja kalau bisa ...

Daniel Zacharias
education from womb to tomb

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Izin copy yah.. :D
Biel