25 April 2008

Bagaimana Menangani Sebuah Kemenangan?

Keluaran 15:19-21

15:19 Ketika kuda Firaun dengan keretanya dan orangnya yang berkuda telah masuk ke laut, maka TUHAN membuat air laut berbalik meliputi mereka, tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut.15:20 Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari.15:21 Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka: "Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut."

Demikianlah nyanyian kemenangan Israel di tepi Laut Teberau ketika mereka baru saja melihat dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana Allah menenggelamkan Firaun dan pasukannya ke dalam laut. Luapan kemenangan itu membuat mereka bersukacita dan bersorak bahkan mereka menari-nari di hadapan Tuhan. Nyanyian dan sorak-sorai mereka berisi puji-pujian kepada Tuhan: "Menyanyilah bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut".

Namun apa yang terjadi sesudah itu? Apa yang terjadi setelah kemenangan Israel di tepi laut?

Ternyata KEMENANGAN MEREKA BISA BERUBAH MENJADI SEBUAH KEKALAHAN. Lihatlah:

  1. Baru tiga hari berjalan mereka sudah bersungut-sungut karena tidak ada air di Mara dan Elim (Kel 15:22-27).
  2. Sebulan kemudian mereka bersungut-sungut lagi di Masa dan Meriba (Kel 17:1-7).
  3. Persungutan-persungutan mereka akhirnya membuat mereka memberontak dan kemudian mereka tewas di padang gurun.

Ada banyak dari mereka yang mengalami kemenangan di Laut Teberau tetapi tidak mengalami kemenangan dalam perjalanan memasuki tanah Kanaan. Karena semua mati di padang gurun. Mereka yang pernah menang di Laut Teberau, sekarang mengalami kekalahan telak di padang gurun. Mereka tidak pernah dapat menikmati kemenangan berikutnya. Betapa ironisnya mereka yang menyerukan pujian buat Tuhan, dalam tempo 3 hari kemudian malah bersungut mempersalahkan dan menuduh Allah berbuat macam-macam! Jadi mereka yang bersungut-sungut dan kemudian tewas di padang gurun adalah mereka yang pernah menyanyikan pujian kemenangan di tepi laut.

Kita bisa saja bersandar pada alasan manusiawi bangsa Israel bersungut, tetapi rupanya Allah membenci manusia yang memberontak kepada-Nya dengan alasan kemanusiaan apalagi kemanusiaan yang diajukan dalam zona nyaman kedagingan bukan pada kemanusiaan yang berada dalam pembentukan Tuhan. Memang dalam mengkaji kemanusiaan manusia perlu tahu diri ketika berhadapan dengan Penciptanya.

Saya mengikuti kegiatan pemulihan pria di Gadog tahun lalu. Dari kegiatan tersebut saya mendengar bahwa selama beberapa tahun kegiatan tersebut dilangsungkan ternyata dari seluruh peserta yang pernah ikut kegiatan ini 30% peserta pria kembali ke dosa masa lalu, sedangkan 70% masih terus berjuang menata diri. Saya meyakini data ini. Sebab ternyata dalam perjalanan iman seseorang tidak ada yang namanya kemenangan otomatis. Kalau seseorang pernah menang secara iman tidak otomatis terjamin bahwa ia akan menang dalam perjuangan berikutnya. Karena kemenangan bukan kemenangan otomatis tetapi kemenangan yang sungguh diperjuangkan. Israel tidak mengalami kemenangan otomatis. Menang sekali tidak berarti selalu menang untuk selanjutnya.

Namun di sisi lain juga masih ada semacam pengharapan bahwa kemenangan kita bila disikapi dengan benar maka hal itu akan membawa kita kepada kemenangan iman yang berikutnya. Dalam Bilangan 14:30: "Bahwasanya kamu ini tidak akan masuk ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah Kujanjikan akan Kuberi kamu diami, kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun!". Mengapa cuma Kaleb dan Yosua?

Pertama-tama, adalah anugerah Allah bila mereka berdua dimampukan untuk sampai ke titik yang Tuhan maksudkan. Namun yang kedua yang tak kalah penting yang merupakan tanggung jawab manusiawinya adalah bahwa di samping Musa, hamba Allah itu, dari tengah-tengah bangsa Israel:

  • cuma mereka berdua yang sadar bahwa setelah kemenangan masih ada tantangan hidup.
  • cuma mereka berdua yang sadar bahwa kemenangan sekali tidak otomatis berarti kemenangan yang berikutnya.
  • cuma mereka berdua yang tetap taat dan tidak lengah sekalipun mereka pernah mengalami kemenangan.
  • cuma mereka berdua yang tidak terlena dengan kemenangan dan kemudian berhenti berjuang dan beriman kepada Allah.
  • cuma mereka berdua yang tidak bersungut-sungut ketika ada lagi tantangan hidup yang datang.
  • cuma mereka berdua yang tidak terpengaruh imannya oleh ancaman, tantangan, serangan musuh yang datang silih berganti.
  • cuma mereka berdua yang tetap mempercayai Allah sekalipun apa yang mereka hadapi sangat sulit dan berada dalam batas-batas kemampuan manusia.
  • cuma mereka berdua yang melihat dengan cara Allah dan bukan dengan cara egoisme manusia.
  • cuma mereka berdua yang benar-benar mengikuti Allah dengan sepenuh hati.
  • cuma mereka berdua yang benar-benar mempersiapkan diri untuk mengalami KEMENANGAN BERIKUTNYA.

Apa kemenangan yang berikutnya itu? Mereka berhasil mengalahkan kedagingan mereka dan memasuki perjanjian Allah yang selanjutnya bukan hanya di padang gurun tetapi juga di tanah perjanjian. "Itulah sebabnya Hebron menjadi milik pusaka Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, sampai sekarang ini, karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati." (Yosua 14:14).

Apakah kita sudah siap untuk kemenangan berikutnya? Bertindaklah seperti Yosua dan Kaleb! Mereka ingin terus menang bersama dengan Tuhan!

Daniel Zacharias

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Shallom!
Terimakasih u/ tulisannya.
I'm so blessed!

GBU

Nella