09 April 2008

TERAH: PRIA BERINISIATIF

TERAH.
Adalah ayah dari Abram, Nahor dan Haran (Kejadian 11:27). Kata Ibrani trh biasanya dianggap berhubungan dengan dewa bulan dan dibandingkan dengan Turahi, sebuah tempat dekat Haran. Nama Terah berarti "menunda".

KOTA HARAN.
Kota ini letaknya dipertemuan berbagai jalan ramai di Mesopotamia Utara di sebelah timur sungai Efrat. Di tempat itulah Terah meninggal, waktu ia berumur 205 tahun. Mengapa perjalanan ke tanah Kanaan itu tidak diteruskan olehnya tidaklah diceritakan kepada kita. Tentu ada sesuatu yang menghalangi Terah pada waktu itu meneruskan maksudnya semula.

Dalam ayat 11 dikatakan bahwa Terah bersama Abram dan Lot, berangkat dari Ur-Kasdim ke tanah Kanaan. Apakah Nahor juga turut, tidak ada dikatakan, mungkin juga ia ikut oleh karena dalam Kej 24 dikatakan, bahwa keturunannya diam di Haran, Tetapi mereka itu hanya sampai ke Haran saja, lalu diam di sana.

Pertanyaannya sekarang bagi kita adalah apakah Abram dipanggil oleh Allah waktu ia masih tinggal di Haran? Kejadian 12 memberi kesan, bahwa Abram dipanggil waktu berada di Haran dan bukan di Ur Kasdim. Namun Kejadian 15:7, Neh 9:7 dan Kis 7:2 mengatakan bahwa Abram mendapat panggilan di Ur Kasdim.

Ada kemungkinan bahwa Allah dua kali memanggil Abraham, mula-mula di Ur-Kasdim, di mana Allah memerintahkan dia meninggalkan negeri dan sanaknya. Abram memenuhi perintah ini, waktu ia bersama ayahnya berangkat dari Ur-Kasdim ke Haran, kemudian sekali lagi di Haran ia mendapat panggilan. Dan kali ini dengan suruhan untuk meninggalkan rumah ayahnya.

Jadi panggilan Allah yang pertama bertepatan dengan maksud Terah untuk meninggalkan Ur, dan panggilan yang kedua datang waktu Abram telah tinggal di Haran. Pertanyaan yang lain ialah: apakah Terah meninggal sebelum atau sesudah Abram berangkat dari Haran (Kej 12:4); ia lahir waktu Terah berumur 70 tahun, sesudah keberangkatan Abram ia meninggal. Bahwa meninggalnya Terah diumumkan tidaklah merupakan keberatan. Sebelum penulis Kejadian melanjutkan sejarah Abraham, ia lebih dahulu memberitakan kematian Terah, ayah Abraham. Tetapi dalam Kis 7:4 dikatakan, bahwa Abram barulah berangkat dari Haran sesudah ayatnya meninggal. Jika demikian ia belum lahir ketika Terah berusia 70 tahun , tetapi jauh sesudah itu lagi.

Terah pindah dari Ur Kasdim (Kej 11:31) dan tinggal di Haran; di situlah dia mati, lama sesudah Abram meninggalkannya. idak dapat dikatakan dengan pasti, bagaimana memecahkan soal ini, mungkin Stefanus mengikuti pendapat yang pada waktu itu umum terdapat di kalangan bangsa Yahudi dan pendapat ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dahulu diceritakan matinya Terah, barulah kemudian keberangkatan Abram, dengan tidak mengingat umur Abram dan Terah. Oleh karena itu Kis 7:4 tetap merupakan ayat yang sulit yang sampai sekarang belum dipecahkan dengan baik.

KEPADA SIAPA PARA BAPA LUHUR MENYEMBAH?
"Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain" ( Yosua 24:2). Allah Abraham dan Allah Nahor, Allah ayah mereka, kiranya menjadi hakim antara kita." Lalu Yakub bersumpah demi Yang Disegani oleh Ishak, ayahnya. Bila Terah adalah penyembah berhala maka harus ada satu mata rantai yang menyimpang.

TERAH PRIA BERINISIATIF
Seorang ayah atau suami adalah seorang yang melakukan perubahan nasib dalam keluarga. Berubah atau tidaknya nasib keluarga bergantung penuh pada keinginan, niat, dan inisiatif sang ayah atau suami untuk melakukan perubahan.

Melihat kenyataan ini maka Terah tetap masih dapat dianggap memberi teladan untuk beberapa kenyataan bahwa KEPALA KELUARGALAH YANG MEMULAI SUATU PERUBAHAN NASIB KELUARGA.

Keberangkatan Terah meninggalkan Ur-Kasdim tentu punya alasan:

1. TIDAK MENERIMA KENYATAAN SEBAGAI NASIB ATAU TAKDIR

Situasi keluarga yang dialami Terah memang tidak menyenangkan dan juga memalukan. Tetapi Terah pada prinsipnya adalah orang yang tidak menerima kenyataan sebagai takdir. Ia berpikir masih ada kemungkinan yang baik bagi mereka bila mereka meninggalkan Ur-Kasdim.

Pertama, anaknya Haran meninggal sehingga meninggalkan Lot untuk diasuh kakeknya dan pamannya.
Kedua, Abram, anaknya, belum memiliki anak karena Sarai mandul. Kenyataan ini akan menjadi gunjingan yang menyakitkan dan ini menjadi satu alasan mengapa mereka pindah. Tentunya pasti masih ada alasan lain lagi yang membuat mereka benar-benar harus pindah. Mental Terah bukanlah mental yang mudah untuk menyerah. Baginya nasib sebuah keluarga itu ditentukan oleh keluarga itu sendiri. Kenyataan semacam itu jarang dimiliki oleh banyak pemimpin keluarga. Mereka mudah menyerah dan menganggap apa yang sedang mereka kerjakan adalah karena sudah diatur takdir. Keyakinan semacam ini membuat manusia seperti robot dan tidak memiliki tanggung jawab atau bahkan inisiatif untuk memacu dirinya. Bagi Terah bila keluarganya mengalami nasib yang buruk maka hal itu tidak berarti ia membiarkan terus keluarganya ditimpa nasib buruk. Terah melakukan perpindahan karena ia ingin mengubah nasib keluarganya.

2. MENGUBAH NASIB KELUARGA MEMBUTUHKAN INISIATIF DAN NIAT YANG KUAT
Keluarga di mana pun juga membutuhkan kepala rumah tangga yang memiliki pandangan ke depan bagi keluarganya bagi keluarga dan serentak dengan itu memiliki inisiatif dan niat yang kuat.

Terah manakala mengajak keluarga besarnya pindah tentunya bukan sebuah tindakan yang nekad tanpa perhitungan, tetapi tindakan yang didasarkan pada inisiatif dan niat yang kuat. Perhitungan yang tepat diperlukan untuk mendukung agar inisiatif yang diambil benar-benar punya arah dan dengan motif yang benar. Keluarga modern tidak perlu ragu-ragu mengambil langkah iman (langkah terobosan) bila situasi keluarga tidak menentu. Kepasrahan tanpa niat yang kuat dan inisiatif yang terbangun adalah "menyerah tanpa perjuangan". Inisiatif dan niat yang kuat harus dibangun di dalam rumah dan jangan terlalu nyaman dengan semua kemapanan yang sering membius seseorang untuk tidak berani membuat terobosan baru.

3. MENGUBAH NASIB KELUARGA MEMBUTUHKAN PREDIKSI DAN PROYEKSI
Apa yang dilakukan Terah penuh perhitungan dan dalam pemahaman modern kata "perhitungan" disebut dengan Prediksi dan Proyeksi. [1] Prediksi dibuat berdasarkan kecenderungan-kecenderungan yang ada sekarang ini, maka kita membuat prakiraan kemanakah kecenderungan-kecenderungan itu akan membawa kita di masa mendatang. Artinya, apabila keadaan yang ada sekarang ini tetap berlangsung seperti apa adanya, apakah kira-kira kemungkinan-kemungkinan akibatnya di masa mendatang?

Ini penting, sebab dengan demikian kita dapat melihat kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat terjadi, lalu mempersiapkan diri. Tidak terlalu kaget atau panik ketika itu terjadi nanti. Terah berpikir kalau begini-begini terus kelak keluarga ini akan terus dalam masalah maka sebaiknya harus ada tindakan yang kita lakukan sekarang.

Yang kedua adalah Proyeksi, yang dibuat bertolak dari masa depan, lalu itulah yang menentukan apa yang harus kita lakukan sekarang. Jika tidak ingin menanggung malu di masa yang akan datang maka di masa sekarang harus benar-benar berusaha mengubah keadaan.

[1] Eka Darmaputera, "Prediksi dan Proyeksi Isu-isu Teologis Pada Dasawarsa Semibilanpuluhan: Sebuah Introduksi" dalam Soetarman et. al. (eds.), Fundamentalisme, Agama-agama dan Teknologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 4-7.

Tidak ada komentar: