02 Agustus 2009

Gereja Yang Dikendalikan Oleh Tujuan

GEREJA YANG DIKENDALIKAN OLEH TUJUAN

Roma 11:36

Menyambut HUT GKO ke-30 (29 Juli 1979-29 Juli 2009)

Tiap gereja dikendalikan oleh sesuatu. Rick Warren menulis bahwa: “tradisi, keuangan, program-program, orang-orang, peristiwa-peristiwa bahkan gedung dapat menjadi kekuatan yang mengendalikan arah gereja. Dapatkah kita bayangkan jika setiap orang dalam gereja masing-masing memiliki tujuannya masing-masing. Itu akan menjadi kacau. Masing-masing orang akan menyalahkan yang lainnya dan beranggapan bahwa ia yang paling tahu tujuan gereja itu dengan baik.

Di usia yang ke-30 ini adalah penting bagi kita semua memiliki pertanyaan kritis bagi hal ini. Pertanyaan itu adalah: siapakah yang paling memiliki otoritas untuk menentukan tujuan dari gereja?” Dalam teologi kita tahu bahwa kita adalah ciptaan. Tujuan dari hidup manusia bukan ditentukan oleh ciptaan tetapi oleh sang Pencipta. Dalam filsafat kita juga tahu bahwa Allah itu adalah Causa Prima (Penyebab Utama). Allah telah menetapkan tujuan-Nya ketika ia menciptakan semua ciptaan termasuk manusia. Ia menaruh tujuan tersebut di dalam ciptaan-Nya. Ia juga merancang ciptaan termasuk manusia sesuai dengan tujuan-Nya. Dengan kata lain secara teologis tidak seorang pun di dunia ini yang berhak atau yang mampu menentukan tujuan hidupnya sendiri.

Bila seseorang mencoba menentukan tujuan hidupnya sendiri maka itu seperti yang dikatakan Alkitab: “mereka memberontak terhadap Allah yang hidup”. Manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi kelak dalam hidupnya dan juga tidak dapat mengendalikan masa depannya. Sehingga bagaimana pula secara logis kita dapat menentukan sesuatu yang tak dapat kita kendalikan kecuali oleh Tuhan sendiri? George Bernard Shaw pernah menulis: “Imagination is the beginning of creation. We imagine what we desire, we will what we imagine; and at last we create what we will”.

Kita semua menyadari bahwa gereja bukanlah soal gedung dan organisasi an sich. Gereja adalah komunitas dari orang-orang yang percaya kepada nama Yesus. Dan bila berbicara tentang manusia. Sehingga ketika kita berbicara tentang tujuan gereja maka hal yang sama juga terkait yaitu bahwa gereja tidak dapat menentukan tujuannya sendiri. Tujuan gereja ditetapkan oleh Tuhan. Gereja harus bertanya pada Tuhan apa yang Ia kehendaki dari gereja tersebut. Dalam bahan ini kita perlu memperhatikan apa yang Rick Warren tulis dalam buku “Purpose Driven Church”. Ia mempertanyakan semua gereja dengan pertanyaan: “what is the driving force behind your church?” (apa yang menjadi kekuatan pengendali di balik gereja kita?)

GEREJA KRISTEN OIKOUMENE di Indonesia (GKO) dalam memasuki usia yang ke-30 dikendalikan setidaknya oleh 3 hal yang masih cukup kuat:

1. GKO masih dikendalikan oleh tradisi. Sulit bagi gereja yang menghadapi berbagai perubahan di tengah dunia ini. Gereja yang harusnya memperbaharui dirinya sendiri mau tidak mau harus mengalami perubahan. Namun perubahan selalu dilihat sebagai sesuatu yang negatif dan stagnasi (kebekuan atau jalan di tempat) dianggap sebagai stabilitas. Kita diikat oleh aturan-aturan dan ritual. Kita mengulangi semua tradisi itu dari hari minggu ke minggu tanpa adanya terobosan yang signifikan dalam kemajuan spiritual umat maupun pelayan.

2. GKO masih dikendalikan oleh orang-orang. Sehingga GKO baik secara lokal maupun sinodal masih terus dibayangi oleh pertanyaan di benak setiap orang, “apa yang pemimpin kehendaki” bukan “apa yang Tuhan kehendaki buat gereja ini”.

3. GKO dikendalikan oleh keuangan. Semua aktivitas kita selalu dibayang-bayangi pertanyaan pesimis,”berapa dananya” atau “apakah kita mampu, dan kalau dana tidak ada tidak usahlah hal tersebut diselenggarakan.”

Perlu kita akui masih ada dua lagi: yakni program dan peristiwa-peristiwa gerejawi. Meskipun demikian kedua hal terakhir ini tidak terlalu signifikan ketimbang ketiga hal tersebut.

Sekarang kita perlu mengakui kesalahan kita dan perlu mengubah arah gereja kita sedang berlayar. Kita mulai dengan pertanyaan sederhana: “mengapa GKO ada”. Seperti yang Elie Wiesel katakan: “When we die and go to heaven, our Maker is not going to say, why didn’t you discover the cure for such and such? The only thing we’re going to be asked at that precious moment is why didn’t you become you?” This is the basic meaning that “you become you” in God perspective not in human.

Bila kita tahu alasan eksistensi gereja kita maka kita mengetahui apa tujuan kita. Dalam Alkitab Allah menginginkan gereja itu diselamatkan dan Ia membuat gereja-Nya sebagai model dari gaya hidup Kerajaan Allah di atas dunia. Sehingga gereja akan melihat Allah melalui gereja. Itulah tujuan utama gereja itu!


DZ


[1] Rick Warren, The Purpose Driven Church.


Daniel Zacharias
education from womb to tomb

Tidak ada komentar: