31 Agustus 2009

Abram: Penjaga Martabat Di Hadapan Allah dan Manusia






































Kejadian 14:17-24

Dalam Kej 14 terlihat bahwa Abram memiliki peranan dalam sejarah Kanaan dan bahwa ia diakui dan dihormati oleh raja-raja tanah Kanaan, oleh karena ia membebaskan Lot dan raja Sodom dari tangan musuh mereka.

Empat raja yang bersama-sama menyerang Kanaan adalah Amrafel dari Sinear, Ariokh dari Elasar, Kedorlaomer dari Elam, dan Tideal dari Het. Keempat raja ini bersekutu melakukan perang terhadap raja-raja dari dataran Yordan untuk menghukum raja Bera dari Sodom, Raja Birsya dari Gomora, Raja Syinab dari Adma, dan Syember, Raja negeri Zeboim dan terhadap raja negeri Bela yang kemudian disebut Zoar. Dua belas tahun lamanya raja-raja itu takluk kepada raja negeri Elam yang menganggap dirinya sebagai raja bawahan Kedorlaomer yang harus membayar upeti. Tetapi pada tahun ketigabelas mendurhakalah mereka itu. Kedorlaomer dan raja-raja, yang bersekutu dengan dia, mengirim tentara mereka untuk menghukum kota-kota yang memberontak itu.

Abram yang mendengar kalau Sodom diserang dan Lot ikut ditawan bersama keluarganya oleh para raja itu. Kemudian Abram bertindak dengan mengejar raja-raja itu dan mengalahkan mereka dan merebut kembali Lot dan keluarganya.

Ukuran yang sering dipakai manusia modern untuk menunjukkan keberhasilan seringkali keliru. Mereka menunjukkan keberhasilan dengan petunjuk banyaknya materi yang didapat. Dan kehormatan diperoleh dengan kekayaan bukan karena menghormati Allah dan menjaga martabat-Nya di hadapan manusia dan juga menjaga martabat dirinya sendiri di hadapan manusia.

ABRAM MENJAGA MARTABAT ILAHI DI HADAPAN MANUSIA

Raja negeri Sodom yang telah melarikan diri ke pegunungan sesudah pertempuran di lembah Sidim, mendapat kabar tentang kemenangan Abram, menyongsong Abram di lembah Syawe yang kemudia disebut lembah Raja (II Sam 18:18), dekat Yerusalem. Di lembah Raja itu Melkisedek, raja negeri Salem datang menjumpai Abram.

Melkisedek adalah seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Ia tidak menyembah berhala, seperti orang-orang lain pada waktu itu, ia menyembah Allah Yang Mahatinggi, yakni Allah yang disembah Abraham juga (lih. ayat 22).Melkisedek juga seorang raja Salem, yaitu kota yang kemudian disebut Yerusalem. Melkisedek adalah salah seorang yang pada zaman dahulu seperti Abram, Ayub, dan Yetro, masih mempunyai pengetahuan tentang Allah dan tentang berbakti kepada Allah yang sebenarnya.

Melkisedek menyuguhkan roti dan anggur kepada Abram dan tentaranya yang sudah lapar dan haus disebabkan perjalanan yang berat itu. Melkisedek memberi berkat kepada Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta Langit dan Bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhnya ke tanganmu". Sikap Melkisedek yang menghargai Abram adalah sikap yang menghargai Allah melalui hamba-Nya. Melkisedek menghargai martabat Allah dalam diri Abram. Menyediakan makanan bagi orang pilihan Tuhan berarti menghargai wibawa Allah dalam diri orang itu.

Maka Abram mempersembahkan kepadanya 1/10 dari harta benda yang direbutnya dari musuh untuk menghormati Melkisedek. Melkisedek adalah salah satu dari orang-orang yang mengherankan dalam Alkitab. Ia adalah tokoh seperti Kristus (Maz 110 dan Ibr 7). Namanya berarti: "Raja Keadilan" dan iapun raja di Salem, yakni: "Raja Damai".

Sikap Abram terhadap Melkisedek juga adalah sikap yang menghargai martabat ilahi. Apakah martabat ilahi perlu dijaga? Allah memang absolut dan independen (tidak bergantung kepada apapun dan tidak perlu ditolong oleh siapapun), tetapi hal itu tidak berarti kalau manusia tidak dapat mencemarkan dan merusak cerminan kemuliaan-Nya dalam diri manusia itu sendiri. Perumpamaan Yesus dalam Mat 5 tentang Garam Dunia yang tidak asin lagi menggambarkan manusia yang tak dapat mencerminkan kemuliaan Allah atau menjaga martabat ilahi dalam dirinya sehingga Allah dilecehkan dan dihujat oleh mereka yang tidak percaya.

Melkisedek memang adalah seorang manusia biasa tetapi ia seorang imam yang bukan sembarangan, penulis kitab Ibrani sendiri mencatat bahwa keimaman Melkisedek lebih tinggi dari keimaman Harun (Ibr 7:11). Sikap Abram tidak saja menghormati imam besar Allah tetapi menghormati Allah yang memberikan kemenangan. Menghormati seorang hamba Allah sedemikian rupa sama artinya dengan menghormati Allah itu sendiri.

Dengan memberikan sepersepuluh itu Abram memberi kesaksian bahwa kekuasaan apapun yang mengawasi Kanaan, Yahweh tetaplah Raja segala raja yang merajai segala sesuatu.

ABRAM MENJAGA MARTABAT DIRINYA SENDIRI DI HADAPAN MANUSIA

Sesudah pertemuan Abram dengan Melkisedek, maka raja negeri Sodom mengadakan perundingan seterusnya dengan Abram. Abram mempunyai hak penuh untuk memiliki harta benda yang direbutnya dari musuh itu, oleh karena dialah yang merebutnya. Raja Sodom mengusulkan kepadanya, supaya Abram mengambil harta jarahan itu untuknya, tetapi jangan membawa orang-orang tawanan tadi pulang sebagai budaknya, melainkan memberikan mereka kepada rajanya kembali.

Tetapi Abram menolak usul raja negeri Sodom itu, katanya: "Aku bersumpah demi Tuhan, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta Langit dan Bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya". Abram bersumpah bahwa ia tidak mau mengambil apa-apa pun dari jarahan itu. Ia tidak mau terikat kepada raja negeri Sodom. Ia hanya meminta, agar orang-orangnya tidak usah mengembalikan apa-apa yang dipergunakan mereka dari barang jarahan itu untuk belanja mereka di tengah jalan, dan agar supaya orang-orang sekutu Abram, yakni Aner, Eskol, dan Mamre boleh mengambil bagian mereka.

Juga di sini terlihat ketinggian akhlak Abram. Ia tidak mau mencari keuntungan bagi diri sendiri. Ia berperang, hanya untuk membantu. Ia tidak mau terikat kepada raja negeri Sodom; ia cukup berdiri sendiri dengan Allahnya. Ia tidak menyerahkan dirinya kepada manusia, tetapi kepada Allah.

Sikap Abram tidak seperti sikap kebanyakan orang pada zaman sekarang yang lebih mementingkan keuntungan daripada mengutamakan kehormatan dan martabat yang murni di hadapan Allah dan sesama. Tidak sedikit yang bermental Esau seperti yang ditulis penulis kitab Ibrani: "Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan" (Ibr 12:16)

Tidak ada komentar: