08 September 2009

Mendisiplinkan Hati

Amsal 4:20-27

4:20 Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku;
4:21 janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu.
4:22 Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka.
4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
4:24 Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.
4:25 Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka.
4:26 Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu.
4:27 Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.

Apa yang menarik bagi Tuhan dari seorang manusia? Isi otaknya? Prestasinya? Ketrampilannya? Kelihatannya perlu kita semua sadari bahwa Tuhan tertarik pada hati manusia dan isi hati manusia itu sendiri. Dalam beberapa peristiwa di dalam Alkitab, Tuhan jelas menyinggung soal hati manusia dalam kaitan dengan kehidupan mereka, misalnya pada dua peristiwa di Perjanjian Lama yaitu peristiwa Kain dan juga peristiwa pemilihan Daud, juga beberapa peristiwa di Perjanjian Baru.

Dalam peristiwa Kain, Allah berfirman: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya" (Kejadian 4:6-7). Allah menyinggung hati Kain, Allah ingin mengajar Kain bahwa hati adalah pusat kehendak dan semua perilaku manusia. Hati Kain harus berkuasa atas dosa bukan sebaliknya. Allah tidak menyinggung soal kinerja Kain sebagai petani tetapi Ia mempertanyakan hati Kain.

Dalam peristiwa kedua, ketika semua saudara Daud lewat di depan Samuel maka tidak seorang pun yang berkenan kepada Allah. Ketika Samuel menatap kagum kepada kemahiran dan sosok kakak-kakaknya Daud maka Allah berfirman: "Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (I Samuel 16:7). Lagi-lagi Allah sangat concern pada soal hati manusia.

Di Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mempergunakan perumpamaan tentang kehidupan Farisi dan Ahli Taurat yang digambarkan seperti cawan yang dibersihkan di bagian luarnya saja tetapi di bagian dalamnya tidak. Dalam Matius 23:27 Yesus berkata: "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran." Ucapan Tuhan Yesus terhadap para ahli Taurat dan orang Farisi memiliki makna yang dalam. Dalam nas ini Yesus sedang menunjukkan ketidaksetujuan-Nya terhadap mereka oleh karena cara hidup mereka. Sebuah cara hidup yang munafik dan tidak sejati. Kehidupan yang palsu. Menurut Yesus kehidupan sejati itu dimulai dari dalam hati sedangkan orang Farisi dan ahli Taurat mengatakan kehidupan dimulai dari tindakan. Yesus juga pernah dikritik: “Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan”. Tetapi bagi Yesus kenajisan dimulai dari dalam hati. Kenajisan bukan dari luar ke dalam tetapi sebaliknya. Intinya: Yesus sangat peduli terhadap perubahan hati.

HATI PERLU DIISI
Kitab Amsal memesankan bahwa hati manusia adalah tempat diletakannya hikmat Allah yang adalah firman Allah itu sendiri, "... simpanlah itu di lubuk hatimu ..." (ayat 21). Hati manusia bukan berisi kebusukan, kemarahan, trauma, atau pun segala hal yang bukan merupakan hikmat Tuhan. Dan hikmat itu harus diletakan dalam hati bukan dalam pikiran saja. Kita bisa saja setuju dan mengerti tentang sebuah pengajaran Alkitab tetapi pada saat yang sama kita tidak mau menerapkannya di dalam hati kita. Ini soal hati bukan soal mengerti atau tidak saja.

Untuk masuk ke dalam hati dibutuhkan hati yang lembut: "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu" (Yak 1:21). Dalam Mat 13:1-23 digambarkan bagaimana kondisi hati manusia dalam menerima firman Allah:
  • Yang jatuh di atas jalan menggambarkan hati yang keras yang sulit menerima kebenaran firman Allah. Secara konsep dia mengerti tetapi ada keberatan dalam melaksanakannya karena pasti ada hal yang harus dikorbankan dari kesenangannya selama ini.
  • Yang jatuh di atas tanah berbatu menggambarkan hati yang lembut pada bagian tertentu saja sedangkan bagian lain masih mengeraskan hati. Dengan kata lain orang itu menerima firman dan melaksanakan firman sejauh ia tidak menganggu egonya tetapi kalau ia bertabrakan dengan egonya maka hatinya akan sekeras batu karang.
  • Yang jatuh di antara semak duri menggambarkan hati yang di satu sisi mau memelihara benih firman Allah namun di sisi lain malah memelihara benih kekuatiran, tipu daya kekayaan, dan hal negatif lainnya, akibatnya semua benih firman Allah lenyap dari hati orang itu karena kekuatan benih negatif lainnya lebih banyak tumbuh dan menguasai hati manusia tersebut.
  • Yang jatuh di tanah yang subur menggambarkan kondisi hati manusia yang lembah lembut (mudah dibentuk) di hadapan Allah. Hatinya menerima hikmat Allah dengan lembut dan dia mau menaklukan hatinya dan mempersembahkannya bagi Allah.
Isi hati kita dengan hikmat Allah melalui firman-Nya.

HATI PERLU DIDISIPLIN

Ada nasihat yang mengatakan "follow your heart" bagi mereka yang sedang kebingungan menentukan sikap dan arah kehidupan. Nasihat tersebut tidak berlaku bila di dalam hati orang itu tidak lebih dulu diisi dengan hikmat Allah. Karena hati manusia tanpa hikmat Allah adalah sumber dari kehendak dan kemauan yang dikuasai dosa dan egoisme. Nasihat itu tidak sepenuhnya benar. Yang benar adalah kita mengikuti kata Amsal "jagalah hatimu". Menjaga hati tidak sama dengan melindungi hati agar tidak terluka. Menjaga hati di sini adalah tidak membiarkan hati bergerak bebas mengikuti kemauan dosa dan egoisme manusia. Hati kita perlu didisiplin! Banyak orang mendisiplinkan mata, mulut, nafsunya, tetapi tidak mendisiplinkan hatinya. Bila hati didisiplin maka semua arena dengan mudah didisiplin.

Kain dalam kisah di atas tidak mau mendisiplinkan hatinya malah membiarkan hatinya berjalan menuruti egoisme dan kemarahannya akibatnya buruk bagi Kain sendiri.

Tidak sedikit orang senang memamerkan kekerasan hati ketimbang menunjukkan pengendalian dan pendisiplinan hati. Penguasaan diri dari buah Roh Kudus menunjukkan bahwa pendisiplinan hati adalah benar, kekerasan hati merupakan buah dari pekerjaan kedagingan.

Penutup
Dunia menghargai isi otak seseorang ketimbang isi hati seseorang. Dunia punya segudang hadiah untuk orang yang berotak cemerlang ketimbang berhati mulia. Namun Yesus memiliki cara pandang sendiri untuk hal ini, Ia berkata: "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Mat 5:7-8).

Berapa banyak kita yang peduli PADA PERUBAHAN DARI DALAM HATI DAN BUKAN PADA SEKEDAR PERUBAHAN PENAMPILAN?

Kekristenan sering dinodai oleh orang-orang YANG MELAKUKAN PERUBAHAN HANYA PADA PENAMPILAN tetapi tidak dari dalam hati. Kekristenan semacam ini menjadi sandungan buat orang-orang yang belum percaya maupun yang sudah percaya. Mereka selalu menuduh semua orang munafik karena mereka sendiri hidup dalam kemunafikan.

Mari mengisi hati dan menjaga hati dan persembahkanlah hati yang demikian itu menjadi kemuliaan buat nama Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.

Daniel Zacharias
education from womb to tomb

Tidak ada komentar: