09 Januari 2008

Firman Tuhan Menjadi Kesukaan

Judul ini sebenarnya bila saya baca selalu menjadi menjadi sebuah kalimat tanya yang sangat personal bagi diri saya: Apakah Firman Tuhan Sudah Menjadi Kesukaan Saya? Saya dapat mengerti bila ada orang yang menanggapi: "Lho, kog anda sebagai seorang pendeta malah bertanya demikian? Bukankah sudah seharusnya seorang pendeta sejatinya sudah sampai di titik menjadikan firman Tuhan itu sebagai kesukaan?" Terkadang memang harapan lebih tinggi dari kenyataan, terkadang anggapan juga jauh lebih tinggi dari fakta sebenarnya.

Bila kita mau jujur maka tidak sedikit kita jumpai di sana sini Firman Allah belum menjadi kesukaan tetapi sering dianggap sebagai tips hidup (bila diperlukan), pengetahuan, bagian dari profesi (pendeta), atau malah sering jadi beban karena harus dibaca setiap hari dan "pake direnungkan segala!!!".

Ada beberapa bagian firman Allah yang menyentuh soal sikap manusia yang menyambut baik firman Allah:

Mazmur 1:2:
"tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam".

Mazmur 112:1
"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya."

Yeremia 15:16
"Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam."

Rupanya para penulis Alkitab ini memiliki sebuah pengamalan MENYUKAI bahkan SANGAT SUKA akan firman Allah. Baginya Firman Allah bukan hukum yang menghakimi atau memenjarakan tetapi: "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Maz 119:105).

Menyukai Firman atau bahkan sangat suka menggambarkan betapa orang-orang tersebut sudah merasakan manfaat firman itu bagi hidup mereka setiap hari (Mzm 119:103). Bahkan setelah memahami dan mengalami firman maka cara berpikir dan sikap hidupnya terhadap semua perbuatan dosa diubahkan: "Aku beroleh pengertian dari titah-titah-Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta" (Mzm 119:104). Orang yang menyukai firman bukanlah sekedar menjadi orang yang menyukai untuk meneliti bolak-balik firman dari segala latar belakang dan referensi tetapi lebih dari itu yakni orang tersebut mengenakan apa yang sudah dipahaminya dalam tingkah hidup sehari-hari.

Tantangan bagi saya sekarang adalah bukan sekedar bagaimana menjelaskan firman itu sebaik mungkin dalam pemberitaan firman Tuhan tetapi bagaimana saya melakukannya termasuk kesediaan saya untuk membayar harga yang mahal dari sebuah kesediaan melakukan firman di tengah dunia yang kebencian terhadap firman Allah begitu meninggi dan semakin meningkat.

Firman yang disukai bukan hanya firman yang menguatkan, menghibur, dan menjanjikan, tetapi juga yang menegur atau bahkan yang menggiring kita untuk bertobat dari semua keangkuhan hidup kita yang berbuah dalam berbagai perbuatan dosa.

Salah satu penghalang mengapa kita sulit untuk menjadikan firman Tuhan sebagai kegirangan atau kesukaan adalah karena kita memelihara penghalang utamanya yakni: kecintaan kita akan dosa. Seringkali dosa begitu memikat akibatnya tidak sedikit mereka yang mencoba menjinakan sehingga tuntutan firman Allah menjadi begitu lunak, atau kalau ia tidak mampu untuk menjinakkannya maka ia akan memindahkan tuntutan firman Allah itu kepada orang lain seolah orang lain lebih cocok dengan teguran firman tersebut. Sebagai contoh: "jangan berzinah". Ketika ada firman Allah melalui seorang hamba-Nya datang menjumpai kita maka biasanya reaksi kita ada 2:
  1. Mencoba menjinakan firman; "Ah selama saya tidak tidur atau meniduri orang yang bukan isteri atau suami saya, tokh saya tidak berzinah." "Ah, saya kan cuma bercumbu dan saya tidak sampai bersetubuh, berarti saya belum termasuk dalam kategori berzinah". "Ehm, kalau tokh saya lakukan karena sama-sama suka saya rasa itu bukan berzinah". "Kalo dia tanggung jawab atas kehamilan saya yah saya pikir itu baik".Semua pendapat ini saya sebut sebagai upaya menjinakkan firman sehingga kehilangan tuntutannya. Padahal Tuhan Yesus sendiri berkata, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya" (Mat 5:28). Bagi Yesus perzinahan itu sebenarnya sudah terjadi di pikiran bahkan sebelum perbuatan itu sendiri terjadi.
  2. Reaksi kedua kita adalah memindahkan tuntutan tersebut. Misalnya, "ah ayat tersebut lebih kena kepada si X atau si Y karena mereka pacaran mereka kan serem". Kenapa kita tidak mengatakan, "memang saya tidak tidur dengan orang yang bukan isteri saya atau suami saya, dan saya juga tidak memikirkan atau menghayalkan orang lain secara birahi di pikiran saya, tetapi terima kasih Tuhan firman-Mu sudah mengingatkan saya lagi untuk terus-menerus menjauhi dosa perzinahan".

Inilah saatnya selama masih disebut "hari ini" untuk terus-menerus hidup dalam membina rasa suka kita terhadap firman Allah. Biarlah orang-orang benar berkata bahwa firman itu adalah KESUKAAN dan KEGIRANGAN bagi hidupku. Selamat berjuang!

Daniel Zacharias

Tidak ada komentar: