05 Maret 2013

"Allah Telah Mengasihi Kita"


1 Yohanes 4:19
“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita”. (LAI-TB)

“We love him, because he first loved us”. (KJV)

Kalimat “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengashi kita” menegaskan kepada kita semua disini dan sekarang ini bahwa kasih kita adalah akibat dari kasih Allah atau dengan kata lain Allahlah sumber atau penyebab yang menyebabkan kita dapat mengasihi-Nya dan mengasihi sesama kita.

ALLAH LEBIH DAHULU MENGASIHI KITA

Peristiwa Natal dan Paskah adalah demonstrasi kasih Allah. Atau dengan kata lain Allah sedang mendemonstrasikan kasih-Nya kepada dunia ini. Demonstrasi kasih Allah ini merupakan jawaban dan jalan keluar dari kebuntuan hubungan Allah dengan manusia yang terlibat dalam ketegangan perseteruan karena manusia telah  memberontak terhadap Allah dan berbuat dosa. Kehadiran Kristus dalam peristiwa Natal sama sekali bukan sedang menunjukkan kemurkaan atau kebencian Allah terhadap manusia, sebaliknya justru Allah sedang mendemonstrasikan jenis kasih yang tidak pernah dimiliki manusia atau mahluk apapun di dunia ini. Paul Tillich pernah mengemukakan bahwa inti dari Injil adalah: “You are accepted”! Anda diterima!

Yesus sang Juruselamat dunia menerima orang-orang berdosa di dalam keberdosaannya. Mereka tidak perlu menunggu sampai cukup “suci” dulu baru boleh datang kepada-Nya. Tidak! Mereka boleh datang setiap saat. Masing-masing datang dengan “kekotoran” mereka. Dan ajaibnya  … mereka diterima! They are accepted! Kalimat ini adalah kalimat cukilan dari pikiran Almarhum Eka Darmaputera.

Pada abad ke-2 seorang bernama Celsus pernah mendebat seorang bapa gereja bernama Origenes mengenai penerimaan orang berdosa di hadapan Allah.

Celsus:
“Biasanya untuk mengundang orang masuk ke tempat kudus, orang berkata: “Dengan segala hormat bagi anda yang bersih tanganya, suci mulutnya, dan putih hatinya  … mari silahkan anda mendekat”

Namun dengarlah siapa yang diundang oleh orang Kristen itu: orang berdosa, bejat, bodoh, dan papa!

Orang Kristen itu mengatakan bahwa orang-orang jahanam dan malang ini akan masuk kerajaan sorga.

Anda bayangkan: kerajaan sorga untuk para perampok, pezinah, pembunuh dan pencuri? Astaga! Kerajaan sorga macam apakah itu?

Origenes menjawab:
Tak salah anda mengatakan bahwa kami mengundang mereka, para jahanam dan orang-orang yang malang. Namun ketahuilah: kami mengundang mereka untuk tujuan tertentu. Kami mengundang mereka untuk membalut luka-luka mereka dengan Injil dan mengobati sakit jiwa mereka dengan iman”

Alkitab membenarkan apa yang dikatakan Origenes. Sebab orang percaya pertama yang masuk ke Firdaus bukanlah Petrus, Yakobus, atau Yohanes tetapi si penjahat yang disalibkan bersama dengan Yesus. You are accepted! John Newton pengarang lagu Amazing Grace (KJ 40 Ajaib Benar Anugerah) pernah menulis demikian: “Hanya dua hal inilah yang ku ketahui … aku adalah pendosa terbesar dan Kristus adalah Juruselamat terbesar …”. Juga Prof. Abineno mengatakan: “Karya penyelamatan Kristus tidak terbatas hanya pada penebusan dosa tetapi juga penyelamatan manusia dari semua akibat dosa: penindasan, kebencian, penderitaan, dan ketidakadilan".

Perdamaian antara Allah dengan manusia menimbulkan dua perubahan kata John Piper: Pertama, Perubahan Status: kita bukanlah lagi menjadi seteru Allah tetapi sekarang menjadi anak-anak-Nya. Kedua, Perubahan Sikap: Allah terhadap manusia: dari murka menjadi belas kasih. Manusia terhadap Allah: dari memberontak menjadi tunduk dan mengasihi Allah. Itulah makna ALLAH TELAH MENGASIHI KITA.

KITA MENGASIHI SEPERTI ALLAH MENGASIHI

Mengasihi seperti Allah bukan sekedar kita meniru cara atau pola tetapi juga menerapkan kasih yang dipergunakan Allah sendiri. Seluruh perikop 1 Yohanes 4 menggunakan kata agape sebagai kasih yang dipergunakan Allah dan yang Allah perintahkan agar kita memakainya. Penyakit orang Kristen sekarang adalah menukar atau memalsukan kasih Allah. Jangan membajak kasih Allah dengan kasih alamiah: eros, storge, dan filia. Bila Allah mengasihi secara agape maka kita juga, artinya kita mengasihi seperti Allah sekali lagi bukan sekedar cara tetapi isi dari kasih itu sendiri yang sama seperti yang dimiliki Allah karena bersumber dari Allah sendiri juga.

Sekarang bila Allah telah mendemonstrasikan kasih-Nya kepada kita mengapa sebaliknya kita malah masih asyik mendemonstrasikan kebencian kita, kekerasan hati kita, dendam kita, kejengkelan dan sentimen kita yang tidak berujung, ketidaksukaan kita pada seseorang, ketiadaan pengampunan dari kita, serta perseteruan-perseteruan kita.

Mengapa kita lebih suka bila orang lain jatuh?
Mengapa kita lebih suka menjelekan orang lain?
Mengapa kita lebih suka menjatuhkan orang lain?
Mengapa kita lebih suka menyimpan kemarahan dan dendam berlama-lama daripada mengambil sikap mengampuni atau meminta pengampunan dari orang lain?

Eka Darmaputra pernah menulis sebuah otokritik buat gereja-gereja yang kerjaannya hanya bertengkar dan tidak menyumbang apa-apa bagi perdamaian lingkungan sekitarnya, bangsa, bahkan bagi dunia. Eka menyebut dengan sarkastis kehadiran gereja di tanah air seperti: “anjing buduk, yang dikejar-kejar dan dilempar-lempar, just for fun!” Gereja karena ego dan kekerasan hatinya telah kehilangan kredibilitasnya di hadapan penguasa maupun di mata rakyat. 

Yakobus (Yak 4:1-3), memberitahu kita akan hilangnya kasih di antara orang percaya: “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? 
Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. 
Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”. 

Rupanya Yohanes (1 Yohanes 4:20) sudah mengantisipasi situasi dari mereka-mereka yang begitu mengagumi kasih Allah tetapi tidak mengenakan pada dirinya sendiri: 
“Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya”.

Akhirnya Eka berkata: “mari kita hidup bersama-sama, supaya bersama-sama hidup”.

Kotbah Perayaan Natal Sinode GKO
Sabtu, 5 Januari 2013 di GKO Bekasi 3 – pkl. 17.00 wib


Daniel Zacharias 
education from womb to tomb

Tidak ada komentar: