21 Agustus 2008

Kekuatan Daya Tahan [1]

Filipi 4:13
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Uraian
Rasul Paulus memiliki sebuah kualitas daya tahan yang perlu kita teladani. Ia tidak sesumbar, tetapi apa yang dituliskan di dalam kitab Filipi adalah kenyataan yang pernah ia hadapi dan berhasil ia lewati. Apakah rahasia dari kemampuan untuk ‘menanggung’ segala perkara tersebut?

Ternyata apa yang dimiliki oleh Paulus adalah kemampuan untuk mengembangkan daya tahan. Menurut Yakoep Ezra daya tahan adalah kemampuan untuk menanggung kesusahan tanpa menyerah. Untuk tetap teguh dalam penderitaan atau kemalangan dengan tidak bersungut-sungut. Karena rasa kecewa dan persungutan hanya akan memerosotkan motivasi dan kekuatan diri. Jika kita memiliki daya tahan, kita memiliki ketabahan untuk mempertahankan stamina dan keseimbangan fisik, mental, maupun rohani. Ketabahan membawa kita menjadi lebih dekat pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Pada dasarnya daya tahan dibangun dari 4 kemampuan yang terdiri atas:

Satu, Kemampuan Untuk Mengendalikan Masalah
Masalah bagaikan gelombang yang datang bergulung dan menghantam pantai. Namun para penggemar surfing justru mencari tempat-tempat luar biasa di penjuru dunia untuk bisa ‘mengendarai ombak’. Mereka menggunakan keberanian dan keahlian yang dimiliki agar tetap berada di permukaan air.

Sikap reaktif membuat kita sulit mengendalikan masalah, karena dipicu oleh emosi dan asumsi. Tapi dengan bersikap tenang dan mengendalikan diri, kita dapat memilah-milah persoalan secara cermat. Kita sebaiknya tidak mencari-cari kesulitan, namun janganlah lari jika menghadapi masalah. Hadapilah dengan sikap responsif positif dan kondusif.

Dua, kemampuan untuk menemukan Akar Masalah
Sebuah pohon yang ditebang akan kembali tumbuh jika akarnya masih ada. Suatu masalah akan terus timbul jika akarnya tidak ditemukan dan diselesaikan. Masalah bisa bersumber dari internal pribadi atau hal-hal yang sifatnya eksternal.

Namun kecenderungan untuk hanya mempermasalahkan situasi atau orang lain, membuat kita sulit introspeksi diri dan bersifat waspada. Sebaliknya evaluasi diri dan mengakui titik kritis yang dimiliki, membuat kita cepat menyelesaikan masalah.

Tiga, kemampuan untuk Membatasi Jangkauan Pengaruh Masalah
Kita belajar dari lumpur Lapindo. Meskipun belum dapat teratasi secara sempurna, namun tindakan awal yang telah dilakukan adalah menahan luapan lumpur. Tanggul-tanggul dibangun untuk membatasi jangkauan lumpur tersebut.

Demikian pula dengan masalah yang kita hadapi. Soal pribadi jangan melibatkan masalah umum atau kelompok. Masalah kantor sebaiknya tidak terkait dengan urusan keluarga dan sebaliknya. Dengan kemampuan bersikap tegas dengan menitikberatkan pada nilai-nilai, kita mampu membendung pengaruh masalah tersebut.

Empat, kemampuan untuk bertahan dan menanggung masalah
Ada keunikan dari burung bangau. Kakinya sangat kurus dan panjang. Namun jangan diremehkan karena bangau bisa berdiri satu kaki selama berjam-jam. Kita mungkin dengan mudah bisa berdiri dengan kaki sebelah. Tapi, berapa lama?

Adversity tidak hanya dibangun dari seberapa besar masalah yang dihadapi, tapi berapa lama kita sanggup bertahan. Kesabaran dan ketekunan membuat kita lebih tangguh. Sedangkan sahabat, keluarga, dan orang-orang sekitar kita menjadi alat Tuhan untuk menolong dan menghibur serta mendukung kita untuk bersikap tabah menghadapi masalah.

Realita Mengenai Tekanan
(1) Tekanan tidak melebihi kekuatan kita,
(2) Tekanan pasti akan berakhir,
(3) Tekanan menumbuhkan kekuatan,
(4) Tekanan adalah kesempatan untuk mengembangkan diri.


[1] Bahan ini diadaptasi dari artikel teranyar dari Jakoep Ezra, MBA, CBA (Character Specialist) dalam BAHANA, Agustus 2008, vol. 208, hal. 20.

Tidak ada komentar: