"Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu" (Kolose 3:16).
Pikiran saya langsung tertancap pada kata "diam". Perkataan Kristus "diam" dengan segala kekayaannya. Kedengarannya klise tetapi setelah menyibak secara etimologis maka rasanya perlu ada redefinisi terhadap kata "diam" tersebut. Kebanyakan kita berpikir bahwa perkataan Kristus itu seperti sesuatu yang tersimpan dalam benak dan hati kita dengan baik. Bisa jadi kita jadi mahir mengucapkan kembali secara verbal kata-kata itu secara harafiah atau kita mahir mengintepretasikannya. Dengan kata lain setelah membaca Firman Allah asalkan hasil penafsirannya masih berbau ortodoksi maka Logia Iesou tersebut baik tersimpan dalam file harafiah maupun konseptual tidak menjadi masalah. Dan dampak buruknya adalah orang cukup berhenti pada adanya ortodoksi dan ortopathi. Perkataan Yesus tersimpan dalam konsep abstrak dan sulit mengukur buahnya.
Kata "diam" dalam teks Yunani adalah enoiko yang diuraikan Leksikon berarti "dwell in one and influence him or her (for good)". Ternyata pengertian "diam" disini tak lagi dalam pengertian pasif tetapi aktif. "Diam" dan "mempengaruhi seseorang untuk maksud baik". Dengan kata lain nasihat Rasul Paulus tidak membuat seseorang berada dalam pengertian ortodoksi atau ortopathi tetapi juga ortopraksis. Memang Firman Allah itu bukan sekedar memenuhi kebutuhan kognisi dan afeksi tetapi juga praksis. Firman Allah ternyata memiliki kuasa yang "mempengaruhi secara baik" seseorang selama penggaliannya dan pengaplikasiannya dilakukan secara bertanggung jawab. Perlu ditekankan disini pada metode penafsiran yang bertanggung jawab dengan mempertimbangkan berbagai aspek agar apa yang hasil tafsirannya tidak mengarah pada pengertian yang ekstrim atau sebaliknya terjadi pendangkalan. Mungkin metode penafsiran yang bertanggung jawab menjadi tanggung jawab semua pihak yang melakukan upaya untuk memahami teks Alkitab.
Jika pemamahan yang benar sudah didapatkan maka soal kita sekarang adalah mengenai bagaimana hal itu terlaksana. Pengertian enoiko sangat jelas tergambar bahwa harus ada pengaruh yang terlihat dari sebuah pehamaman terhadap Logia Iesou tersebut. Sehingga terjemahan langsung dari Kolose 3:16 kira-kira berbunyi: "Hendaklah ajaran Kristus menentukan sikap hidupmu", atau "hendaklah ajaran-ajaran Kristus MEMPENGARUHI SEPENUHNYA CARA DAN GAYA HIDUPMU" atau "MENENTUKAN sepenuhnya bagimana sikap seseorang".
Kata lanjutan dari perkataan Kristus yang berdiam adalah "dengan segala kekayaannya". Ternyata perkataan Kristus bukan kata mati yang berhenti pada pemaknaan lalu titik. Firman Allah itu bukan saja sarat dengan informasi tentang Allah dan perbuatan-Nya tetapi firman itu adalah kehendak dan isi hati Allah sendiri. Lebih dari itu firman Allah juga tidak hanya mengantarkan kita pada kehendak-Nya yang kudus dan mulia tetapi juga mengandung kuasa. Dan kuasa inilah yang dipahami Paulus sebagai kekayaan dari perkataan Kristus. Dalam Ibrani 4:12 tertulis: "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita". Firman Allah memiliki kekayaan yang tak terbatas untuk membawa manusia kepada kehendak-Nya. Sayang sekali jika orang hanya mengerti firman Allah tetapi tidak mengalami kuasa firman Allah.
Sekarang pertanyaan selanjutnya adalah: "mengapa ada orang yang bergaul dengan firman Allah tetapi hidupnya tidak diubahkan?" Pertama, karena tidak sedikit orang yang bergaul dengan Firman Allah hanya sampai tahap MENCARI TAHU dan bila SUDAH TAHU maka ia BERHENTI. Kedua, mereka bergaul dengan firman Allah untuk MENCARI TAHU, SUDAH TAHU, lalu MEMBERITAKAN dan berhenti. Kekeliruan ini sudah saatnya diakhiri dan tiba saatnya prinsip eoniko benar-benar terlaksana: yaitu MENCARI TAHU, MENGERTI, MEMBERITAKAN, dan MELAKUKAN Firman.
So help me God!
Pikiran saya langsung tertancap pada kata "diam". Perkataan Kristus "diam" dengan segala kekayaannya. Kedengarannya klise tetapi setelah menyibak secara etimologis maka rasanya perlu ada redefinisi terhadap kata "diam" tersebut. Kebanyakan kita berpikir bahwa perkataan Kristus itu seperti sesuatu yang tersimpan dalam benak dan hati kita dengan baik. Bisa jadi kita jadi mahir mengucapkan kembali secara verbal kata-kata itu secara harafiah atau kita mahir mengintepretasikannya. Dengan kata lain setelah membaca Firman Allah asalkan hasil penafsirannya masih berbau ortodoksi maka Logia Iesou tersebut baik tersimpan dalam file harafiah maupun konseptual tidak menjadi masalah. Dan dampak buruknya adalah orang cukup berhenti pada adanya ortodoksi dan ortopathi. Perkataan Yesus tersimpan dalam konsep abstrak dan sulit mengukur buahnya.
Kata "diam" dalam teks Yunani adalah enoiko yang diuraikan Leksikon berarti "dwell in one and influence him or her (for good)". Ternyata pengertian "diam" disini tak lagi dalam pengertian pasif tetapi aktif. "Diam" dan "mempengaruhi seseorang untuk maksud baik". Dengan kata lain nasihat Rasul Paulus tidak membuat seseorang berada dalam pengertian ortodoksi atau ortopathi tetapi juga ortopraksis. Memang Firman Allah itu bukan sekedar memenuhi kebutuhan kognisi dan afeksi tetapi juga praksis. Firman Allah ternyata memiliki kuasa yang "mempengaruhi secara baik" seseorang selama penggaliannya dan pengaplikasiannya dilakukan secara bertanggung jawab. Perlu ditekankan disini pada metode penafsiran yang bertanggung jawab dengan mempertimbangkan berbagai aspek agar apa yang hasil tafsirannya tidak mengarah pada pengertian yang ekstrim atau sebaliknya terjadi pendangkalan. Mungkin metode penafsiran yang bertanggung jawab menjadi tanggung jawab semua pihak yang melakukan upaya untuk memahami teks Alkitab.
Jika pemamahan yang benar sudah didapatkan maka soal kita sekarang adalah mengenai bagaimana hal itu terlaksana. Pengertian enoiko sangat jelas tergambar bahwa harus ada pengaruh yang terlihat dari sebuah pehamaman terhadap Logia Iesou tersebut. Sehingga terjemahan langsung dari Kolose 3:16 kira-kira berbunyi: "Hendaklah ajaran Kristus menentukan sikap hidupmu", atau "hendaklah ajaran-ajaran Kristus MEMPENGARUHI SEPENUHNYA CARA DAN GAYA HIDUPMU" atau "MENENTUKAN sepenuhnya bagimana sikap seseorang".
Kata lanjutan dari perkataan Kristus yang berdiam adalah "dengan segala kekayaannya". Ternyata perkataan Kristus bukan kata mati yang berhenti pada pemaknaan lalu titik. Firman Allah itu bukan saja sarat dengan informasi tentang Allah dan perbuatan-Nya tetapi firman itu adalah kehendak dan isi hati Allah sendiri. Lebih dari itu firman Allah juga tidak hanya mengantarkan kita pada kehendak-Nya yang kudus dan mulia tetapi juga mengandung kuasa. Dan kuasa inilah yang dipahami Paulus sebagai kekayaan dari perkataan Kristus. Dalam Ibrani 4:12 tertulis: "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita". Firman Allah memiliki kekayaan yang tak terbatas untuk membawa manusia kepada kehendak-Nya. Sayang sekali jika orang hanya mengerti firman Allah tetapi tidak mengalami kuasa firman Allah.
Sekarang pertanyaan selanjutnya adalah: "mengapa ada orang yang bergaul dengan firman Allah tetapi hidupnya tidak diubahkan?" Pertama, karena tidak sedikit orang yang bergaul dengan Firman Allah hanya sampai tahap MENCARI TAHU dan bila SUDAH TAHU maka ia BERHENTI. Kedua, mereka bergaul dengan firman Allah untuk MENCARI TAHU, SUDAH TAHU, lalu MEMBERITAKAN dan berhenti. Kekeliruan ini sudah saatnya diakhiri dan tiba saatnya prinsip eoniko benar-benar terlaksana: yaitu MENCARI TAHU, MENGERTI, MEMBERITAKAN, dan MELAKUKAN Firman.
So help me God!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar