11 Mei 2012

Akrab Dengan Allah: Menikmati Penyertaan-Nya

I Tawarikh 13:12-14 (II Samuel 6:9-11)

Mengapa orang yang sudah berjerih lelah demi Allah namun tidak mendapatkan penyertaan-Nya sementara orang lain mendapatkannya? Apa sebenarnya kunci seseorang mendapatkan penyertaan-Nya?

Apa yang terjadi?Pembacaan kita hari ini masih merupakan kelanjutan dari apa yang dialami oleh Daud dalam kotbah minggu lalu. Kali ini semenjak tragedi Uza, Dia begitu marah karena Allah membinasakan Uza. Tetapi di balik semua itu ia juga sangat ketakutan. Ia teringat akan cerita bagaimana Allah menulahi orang-orang yang salah menangani tabut perjanjian itu. Tetapi bersamaan dengan itu Daud belum tahu apa kesalahannya. Dia sudah setengah jalan. Dia belum tahu bagaimana menangani tabut perjanjian itu. "Bagaimanakah aku dapat membawa tabut Allah itu ke tempatku?". Ia ingin supaya jangan jatuh korban lagi karena keteledorannya. Sepanjang jalan ia memutar otak. Dan akhirnya ia memutuskan untuk menyimpang dari rencanannya semula (ayat 13). Ia membawa tabut perjanjian itu ke tempat yang terdekat yakni di rumah Obed-Edom. Dan Alkitab mencatat bahwa selama 3 (tiga) bulan tabut Allah itu ada dalam rumah keluarga Obed-Edom. Dan rupanya keluarga itu diberkati Allah bahkan sampai ke segala harta miliknya(ayat 14).

Apa maksud dari semua ini?
Daud sebagai orang yang ahli berstrategi membaca situasi yang tidak menguntungkan bila terus dijalankan akan mendatangkan malapetaka. Tindakannya meninggalkan tabut perjanjian itu di rumah Obed-Edom berdasarkan pada dua hal: pertama, ia tak mau terus berjalan dengan sesuatu yang menurutnya dapat mendatangkan malapeteka. Mungkin tatkala mereka dengan takut-takut dan hati-hati mendorong kereta yang berisi tabut itu kepada Obed-Edom mereka berpikir biarlah mereka selamat terlepas dari sesuatu yang menakutkan. Mereka mungkin berkata kepada Obed-Edom tatkala mereka menyerahkan tabut itu, "Semoga beruntung Obed. Anda barangkali sudah mengetahui bahwa kami telah menguburkan seseorang hari ini karena dia menyentuh tabut ini ketika lembu kami tergelincir. Anda lebih baik berhati-hati Obed. Katakan pula itu kepada seluruh keluargamu dan orang-orangmu".

Kisah ini memiliki makna tergantung dari sudut pandang kita melihatnya. Rupanya ada tiga sudut pandang: dari sudut pandang keluarga Abinadab, sudut pandang Daud, dan sudut pandang keluarga Obed-Edom:

Sudut pandang keluarga Abinadab
Keluarga Abinadab, di mana kemungkinan Uza juga tinggal, selama 20 tahun tinggal bersama tabut itu. Tetapi tidak ada satu pun yang terjadi. Keluarga ini sama sekali tidak pernah merasakan arti dari lambang tabut yaitu kehadiran Allah. Mereka merasa biasa saja sampai mereka tak lagi ingat apa artinya tabut itu dan bagaimana memperlakukannya. Bagi mereka tabut Tuhan itu merupakan suatu peti yang indah tetapi tidak lebih dari peti-peti atau kotak-kotak yang lain. Tatkala mereka diberi kepercayaan untuk mengawal dan mengangkut tabut itu mereka merasa bangga dan begitu terhormat karena ditunjuk raja untuk membawa tabut yang Mahatinggi. Sayangnya kebanggaan itu tidak diiringi oleh rasa hormat dan penghargaan yang benar, dan tidak diimbangi dengan pengertian apa artinya tabut itu dan bagaimana memperlakukannya. Keluarga ini menjaga tabut selama 20 tahun tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa. Ironis!

Sudut pandang Daud
Daud yang pulang ke rumahnya dirundung oleh banyak pikiran. Ia merasa kecewa karena tak dapat mambawa tabut ke tempatnya, di sisi lain ia merasa harus berbuat seperti itu. Daud adalah otak dan penanggung jawab dari pemindahan tabut itu, ia begitu bertanggung jawab, namun ia juga tidak mendapatkan apa-apa. Pekerjaannya selama 3 bulan adalah mengirim orang untuk mengetahui situasi terkini dari keluarga Obed-Edom. Daud cukup berlelah tetapi dia tidak mendapatkan apa-apa.

Sudut pandang Obed-Edom
Obed-Edom adalah orang Lewi yang berasal dari Gat-Rimon di daerah Manasye. Kelak tatkala tabut dipindahkan ke Yerusalem ia menjadi penunggu pintu pada tabut (I Taw 15:24) dan pemain gambus (I Taw 16:5). Obed-Edom pasti sudah mendengar 'tragedi Uza'. Ia tidak mampu menolak keinginan Daud, ia juga tidak bisa menolak tabut itu kerena ia orang Lewi. Rupanya secara tersirat terbaca bahwa Obed-Edom dan keluarganya menerima tabut itu, menghormati, dan menjaga dengan kesungguhan dan ketulusan hati. Akibatnya adalah bahwa keluarga itu terus diberkati Allah (ayat 14). Keluarga ini tidak berjasa apa-apa terhadap Allah, mereka hanya menghargai Allah, maka tidak heran bila mereka diberkati Allah. Abinadab yang 20 tahun dengan tabut itu tentunya akan kaget bila ia mendengar keberuntungan keluarga Obed-Edom.

Di dalam kisah ini tampak bahwa jerih lelah kita tanpa penghargaan kita kepada Allah hasilnya adalah kesia-siaan. Allah lebih memerlukan orang yang taat yang berjerih lelahj, bukan orang yang berjerih lelah saja. Gereja sebagai alat di tangan Allah seharusnya mampu menunjukkan kehadiran Allah melalui 'dampak penyertaan-Nya'. Bila Obed-Edom mampu menunjukkan dampak tersebut bagaimana dengan gereja?

Daniel Zacharias
education from womb to tomb

Tidak ada komentar: