31 Maret 2009

Akrab Dengan Allah: Bertindak Maksimal Bagi Allah

Matius 25:14-30

Mendengar tema berbunyi Bertindak Maksimal Bagi Allah maka timbul pertanyaan dalam batin ini: apakah Bertindak Bagi Allah sama artinya dengan Bertindak Maksimal Bagi Allah?

Jawabannya bisa dikatakan "serupa tapi tidak sama". Mengapa dikatakan "serupa"? Karena kedua-duanya merupakan tindakan yang ditujukan bagi Allah. Dan mengapa pula dikatakan "tapi tidak sama?" Karena yang satu hanya disebut "bertindak" saja, sedangkan yang lain disebut "bertindak maksimal". Rupanya kata kunci yang membedakan kedua tindakan tersebut adalah kata 'maksimal'.

Kata 'maksimal' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti:
1. sebanyak-banyaknya
2. setinggi-tingginya
3. mencapai batas tertinggi

Sehingga bertindak maksimal bagi Allah berarti: Bertindak atau melakukan suatu tindakan yang setinggi-tingginya, atau sebanyak-banyaknya, atau mencapai batas tertinggi hanya bagi Allah atau bagi pekerjaan Allah. Perumpamaan tentang talenta akan menunjukkan kepada kita bagaimana hidup dengan tindakan yang maksimal terhadap Allah.

Perumpamaan ini secara singkat mengisahkan bagaimana seorang tuan hendak bepergian ke luar negeri, dan menitipkan modal berupa talenta yang berbeda-beda pada ke-3 Hambanya, dengan urutan: Hamba ke-I diberi 5 talenta, Hamba ke-II diberi 2 talenta, Hamba ke-III diberi 1 talenta. Sekembalinya dari luar negeri ternyata didapatinya: Hamba ke-I memperoleh laba 5 talenta, Hamba ke-II memperoleh laba 2 talenta, Hamba ke-III tidak memperoleh apa-apa.

Dari kisah ini ditarik pemahaman:
Hamba ke-I: adalah gambaran dari orang yang menerima banyak dan tetap bertindak maksimal.
Hamba ke-II: adalah gambaran dari orang yang menerima sedikit dan tetap bertindak maksimal.
Hamba ke-III: adalah gambaran dari orang yang menerima sedikit dan tidak bertindak maksimal.

Dari kisah ini terlihat bahwa "bertindak maksimal" adalah Alkitabiah dan menjadi syarat bagi orang yang bekerja bagi Allah dan yang hidup akrab dengan Allah. Talenta pada masa sekarang ditafsirkan sebagai: Karunia Allah khusus bisa berupa kemampuan, bakat, kepandaian, keahlian, jabatan, harta, dll. Berkaitan dengan talenta maka tindakan yang maksimal memegang peranan yang penting, hal itu terlihat dari beberapa pokok yang kita dapat dari perumpamaan ini, antara lain:

MEMILIKI TALENTA SAJA TAK CUKUP, DIPERLUKAN PULA SUATU TINDAKAN YANG MAKSIMAL


  • Sayang sekali bila orang terlalu bangga dengan talenta-talenta yang ia miliki tetapi tindakan untuk mengembangkan talenta itu tidak ada atau tidak maksimal. Hal ini tercermin dari perbuatan Hamba ke-III.

  • Dalam pelayanan dan kehidupan keseharian tidak sedikit orang percaya yang berprinsip "asal jadi dan terlihat ada" dalam seluruh bentuk pelayanan. Karena itu jelas terlihat bahwa selain talenta diperlukan pula suatu tindakan maksimal yang mencakup Keseriusan, ketelitian, kesungguhan, kesungguhan, kerja keras, serta ketabahan.

YANG TERPENTING ADALAH BUKAN BERAPA BANYAK TALENTA YANG KITA MILIKI TETAPI PADA KEMAKSIMALAN TINDAKAN KITA



  • Hal ini jelas tercermin pada kefrustasian Hamba ke-III dan teladan dari Hamba ke-II. Di mata Hamba ke-II, jumlah talenta yang minim tak menghalanginya untuk bertindak maksimal bagi Allah. Jadi yang maksimal bukan jumlahnya tetapi tindakan terhadap talenta tersebut.

  • Banyak orang yang karena tidak mempunyai kemampuan apa-apa dan cuma bisa berdoa atau membersihkan gereja sering merasa rendah diri dan tak jarang yang kemudian menarik diri dari Gereja.

TINDAKAN MAKSIMAL DISESUAIKAN DENGAN KEMAMPUAN TIAP-TIAP ORANG
Hal utama yang harus dipahami adalah bahwa Allah itu adil (ayat 15). Semakin banyak kita menerima dari Allah maka semakin banyak yang dituntut dari kita. Mungkin semua orang tidak sama kemampuannya tetapi bertindak maksimal tetap berlaku. Alkitab sendiri menunjukkan bahwa tiap-tiap orang diperlengkapi dengan karunia yang berbeda dan yang dituntut dari orang-orang ini adalah ternyata bahwa mereka dapat dipercaya.

Ada sebuah artikel majalah yang dapat kita renungakan bersama: "tugas-tugas besok hanyalah untuk orang yang melakukan tugas-tugas kecil sekarang ini sebaik mungkin sesuai kemampuan yang terbaik".

HASIL YANG MAKSIMAL HANYA DI DAPAT DARI SUATU TINDAKAN YANG MAKSIMAL



  • Hamba ke-I dan yang ke-II adalah hamba-hamba yang bertindak maksimal (bd. kata 'menjalankan' ayat 16). Jangan pernah berharap pelajaran/pendidikan/pekerjaan/pelayanan kita akan maju bila tindakan kita tidak maksimal.

  • Seringkali ketidakmajuan dalam kinerja pelayanan dalam jemaat bukan terletak pada persoalan dana semata-mata tetapi para pelayan sering bertindak tidak maksimal. Hasil maksimal bukan mimpi tetapi merupakan konsekwensi logis dari orang yang bertindak maksimal.

TINDAKAN YANG MAKSIMAL ADALAH CERMINAN DARI KETAATAN, KESETIAAN, SERTA KASIH KITA PADA ALLAH



  • Hamba I dan Hamba II adalah Hamba yang taat dan setia. Perhatikan kata ..."baik sekali" ... hai Hambaku yang baik dan setia (ayat 21). Kebaikan dan kesetiaan kita kepada Allah tampak dalam kemaksimalan yang kita tunjukkan.

  • Orang yang memiliki kasih pada Allah berani bertindak maksimal bagi Allah/bersedia bertindak maksimal. Yakub dalam PL berani yang menanti dan berkorban selama 14 tahun karena cintanya pada Rahel. Yakub bertindak maksimal untuk hasil yang maksimal.

  • Jangan pernah kita berkata bahwa kita adalah Hamba Allah yang taat, setia serta mengasihi Allah bila kita selalu bertindak asal-asalan.

PENGHARGAAN KITA KEPADA ALLAH DAPAT DITUNJUKKAN MELALUI TINDAKAN KITA YANG MAKSIMAL



  • Kadang-kadang sulit sekali meminta teman untuk menggantikan kita berkhotbah. Apalagi menggantikan khotbah yang tempatnya jauh orangnya sedikit serta uang transportnya kecil. Kita sering terpaku pada apa yang kita terima tidak pada apa yang kita kerjakan.

  • Kita menuntut penerimaan yang maksimal tetapi pemberian kita kepada Allahpun ternyata tidak maksimal.

  • Kita salah menilai demikian, karena kita tidak melakukan itu untuk menghargai Allah tetapi agar dihargai manusia.

  • Menyesali talenta yang ada dan tidak menggunakan talenta itupun merupakan suatu tindakan yang tidak menghargai Allah.

  • Persungutan dalam mengerjakan talenta adalah suatu sikap yang tidak menghargai Allah. Apa dan siapa kita, serta apakah kita telah menghargai Allah terlihat dari semua tindakan kita, khususnya dalam mengembangkan talenta kita masing-masing. Hamba ke I dan Hamba ke II tahu menghargai tuannya. Hamba ke III tidak tahu menghargai tuannya.

Allah telah memberikan talenta pada kita masing-masing, kita juga telah menerimanya, sudahkah dan bersediakah kita mengerjakannya maksimal? Yesus yang tergantung di kayu salib bukti bahwa Allah bertindak maksimal bagi manusia.


Daniel Zacharias
education from womb to tomb

2 komentar:

Deska Rinanti Hayyatun Nuffus mengatakan...

Allah maha besar...

jgn lupa mampir ke deska-rinanti.blogspot.com n jadi follower serta kasih cmmnt juga yah...

^angel^ mengatakan...

Pak Daniel..
saya udah jadi follower ni..

comment2 ya Pak, di posting-an saya di www.belongstoangel.blogspot.com
hehehehehe,,

thank you..
God Bless You..